LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN I
KORELASI ANTAR PANJANG DAN BERAT
NAMA : SELVIANI
NIM : H41112334
HARI/TANGGAL :SELASA/19
MARET 2013
KELOMPOK :II (DUA) B
ASISTEN : MASRAYANI SULAEMAN
ILHAM
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Manusia
selalu memiliki minat yang sangat kuat pada rganisme lain dan lingkungannya,
karena adanya kebutuhan hidup. Sebagai pemburu dan pengumpul, orang-orang
prasejarah harus mempelajari di mana binatang buruan dan tumbuhan yang dapat
dimakan dapat ditemukan dalam jumlah banyak. Para naturalis mulai dari
Aristoteles hingga Darwin membuat proses pengamatan dan pemberian organisma di
habitat alamiahnya sebagai tujuan akhir, alih-alih sebagai sekedar cara untuk
bertahan hidup. Pandangan yang luar biasa masih sangat dapat diperoleh melalui
pendekatan deskriptif ini, dan dengan demikian sejarah alam masih mendalami
ilmu ekologi (Campbell, dkk., 2010).
Dalam
ilmu ekologi, percobaan-percobaan yang dilakukan mencakub benda-benda hidup.
Tak ada organisme yang satu spesies sama persis. Keragaman yang ada nerupakan
ciri-ciri dari makhluk hidup dan merupakan dasar terbentuknya evolusi. Setiap
organisme di alam mengalami perkembangan dan pertumbuhan, pertumbuhan ini
merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan jumlah
sel, volume, ukuran dan banyak matriks intraselluler selnya. Pertumbuhan
mengakibatkan pertanbahan panjang, lebar, diameter dan pertambahn
beratorganisme (Umar, 2013).
Setiap
organisme di alam akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan
meliputi tiga proses yaitu morfogenesis, diferensiasi, dan pertumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu organsime berbeda-beda. Pertumbuhan yang
mengakibatkan pertambahan panjang, lebar, diameter secara pasti akan diikuti
oleh pertambahan berat dari organisme itu. Sedangkan teknik korelasi merupakan
teknik analisi yang melihat kecenderungan pola dalam satu variable berdasarkan
kecenderungan pola dalam variable yang lain (Ayu, 2011).
I.2.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apakah hubungan
korelasi antara panjang dengan pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2.
Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam
menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisikdan lingkungan.
I.3.
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Maret 2013 pukul 14.30-17.30 WITA di
laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Mtematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makssar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan
merupakan proses pertambahan ukuran yang meliputi volume, massa, panjang dan
tinggi. Pertumbuhan tidak akan dapat kembali ke bentuk semula sehingga bersifat
irreversible. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju dewasa. Indikator
perkembangan tidak dapat diukur. Dengan demikian, perkembangan bersifat
kualitatif yaitu tidak dapat dinyatakan dengan angka (Suci, 2002).
Perkembangan
meliputi 3 proses yaitu morfogenesis, diferensiasi dan pertumbuhan. Pertumbuhan
itu sendiri merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan
(pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran, dan banykanya matriks intraseluler
selnya. Akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar,
diameter, dan dengan secara pasti akan diikuti oleh pertambahan berat organisme
(Suci, 2002).
Pada
dasarnya pertumbuhan ada 3 macam yaitu (Ayu, 2011):
a. Pertumbuhan
Allometrik:
variasi
pembentukan relative pada berbagai bagian tubuh yang membantu member bentuk
organisme.
b. pertumbuhan
determinan:
Pertumbuhan
organisme yang akan berhenti tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu. Ini
umumnya merupakan ciri khas hewan.
c. Pertumbuhan
intermediet:
Pertumbuhan
organisme yang terus bertambah selama masih hidup. Ini umumnya merupakan ciri
khas dari tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan membawa
manusia kepada kedewasaan. Setelah dewasa, manusia dapat menghasilkan keturunan
sehingga populasi manusia akan terjaga kelestariannya. Mungkin populasi manusia
akan punah. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan. Jika hewan dan tumbuhan
tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan, maka akan mengalami kepunahan.
Pada tumbuhan, perkembangan ini menghasilkan bermacam-macam jaringan dan organ
tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan berbeda-beda antara spesies
satu dengan spesies yang lainnya. Tetapi, pada dasarnya memiliki persamaan
tahapan perkembangan, yaitu sebagai berikut (Hamid, 2012):
1.
Pembelahan
sel : setelah terjadi fertilisasi (pembuahan sel gamet jantan dan sel gamet
betina), terbentuklah zigot. Zigot mengalami pembelahan mitosis secara
terus-menerus. Pembelahan ini berlangsung sangat cepat. Sel-sel yang dihasilkan
dari pembelahan disebut morula. Morula berkembang menjadi bentuk yang berlubang
disebut blastula.
2.
Morfogenesis:
blastula terus mengalami pembelahan sel. Selama pembelahan ini terjadi
morfogenesis, yaitu proses perkembangan bentuk berbagai bagian tubuh embrio.
3.
Diferensiasi:
blastula terus membelah dan membentuk gastrula. Dari gastrula terbentuk embrio.
Sel-sel embrio berkembang terus membentuk jaringan, organ, dan sistem organ
yang membentuk struktur dan fungsi khusus yang nantinya difungsikan pada waktu
dewasa.
4.
Pertumbuhan:
setelah terbentuk organ, terjadi pertumbuhan makhluk hidup menjadi lebih besar.
Perkembangan berjalan seiringdengan pertumbuhan. Perkembangan adalah proses
mencapai kedewasaan. Perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan, yaitu
pertumbuhan dapat diukur dengan ukuran tertentu, sedangkan perkembangan tidak
dapat diukur dengan suatu ukuran.
Perkembangan pada tumbuhan diawali dengan fertilisasi. Pada awal
perkembangannya, embrio mendapatkan makanan dari kotiledon. Kotiledon terdapat
pada biji tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan dikotil memiliki dua kotiledon,
sedangkan monokotil memiliki satu kotiledon. Pertumbuhan awal tumbuhan dari
biji menjadi tanaman baru disebut perkecambahan (Suci, 2002).
Berdasarkan letak katiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu epigeal, dan hipogeal (Suci, 2002):
a.
Pada
perkecambahan epigeal, kotiledon terdapat di permukaan tanah karena terdorong
oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas.
b.
Pada
perkecambahan hipogeal, kotiledon tetap berada di bawah tanah, sedangkan
plumula keluar dari permukaan tanah disebabkan pertumbuhan epikotil yang
memanjang ke arah atas.
Petumbuhan disebabkan oleh pertambahan besar dan panjang sel-sel itu
sendiri. Pada batang terdapat dua jenis tunas, yaitu tunas yang letaknya di
ujung batang yang disebut tunas terminal dan mengandung meristem apikal, serta
tunas samping yang nantinya membentuk cabang batang, daun dan bunga (Suci,
2002).
Batang tumbuhan selainbertambah panjang juga dapat bertambah besar. Hal ini
disebabkan karena adanya aktivitas kambium, yang termasuk jaringan xilem dan
floem. Kambium akan terus membentuk jaringan xilem dan floem baru sehingga
batang makin lama akan menjadi besar. Aktivitas kambium meninggalkan batas yang
jelas pada batang. Batas ini disebut lingkara tahun (Hamid, 2012).
Koefisien korelasi merupakan alat statistik yang penting jika diterapkan
situasi yang tepat. Harus diingat bahwa koefisien korelasi semata-mata
menunjukkan keberadaan dan ketidakberadaan sebuah hubungan apakah positif atau
negatif antara dua variabel. Hal itu seyogyanya tidak disimpulkan bahwa ini
berarti sebuah veriabel adalah penyebab langsung dari yang lain. Bila koefisien
korelasi semata-mata digunakan sebagai penunjuk pada beberapa proses hubungan
antara dua variabel, maka akan berguna bukannya menyesatkan. Ide koefisien
korelasi dapat diperluas pada setiap jumlah variabel (Resosoedarno, 1990).
Korelasi ialah suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan dua
proporsi yang masing-masing proporsi mengandung 2 kriteria yang salah satu
kriteria disebutkan dalam kedua proporsi tersebut. Korelasi terbagi atas
(Santoso, 2007):
1.
Korelasi
positif: misalkan terdapt sebuah populasi yang anggotanya mengandung suatu kriteria
P dan beberapa anggota juga memiliki kriteria Q. Maka, pada populasi tersebut P
berkorelasi positif dengan Q jika proporsi Q dalam P bernilai lebih besar
daripada proporsi Q dalam non-P. Atau sebaliknya, proporsi P dalam Q lebih
besar dari proporsi P dalam non-Q. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian yang
dilakukan produsen sabun A di sebuah toko B kepada 100 pengunjung, 30 orang
membeli sabun, sepuluh di anatanya telah mengingat iklan terbaru sabun A.
Sedangkan dari yang tidak membeli, 12 orang di antaranya telah mengingat ilklan
sabun tersebut. Dari contoh ini terdapat suatu korelasi positif karena proporsi
dari kriteria yang mengingat iklan dan membeli sabun (33%) lebih besar daripada
proporsi yang mengingat iklan tidak membeli sabun (17%).
2.
Korelasi
negatif dan tidak berkorelasi: suatu korelasi negatif atau malah tidak ada
korelasi antara dua proporsi, jika merujuk pada kasus pembelian dan iklan sabun
di atas, korelasi negatif terjadi jika proporsi dari kriteria yang mengingat
dan membeli sabun lebih kecil daripada proporsi yang mengingat iklan dan tidak
membeli sabun. Sedangkan kasus yang tidak berkorelasi bisa terjadi jika kedua
proporsi tersebut memiliki tingkat proporsi yang sama (equal).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1.
Alat
Alat yang kami gunakan
pada percobaan ini adalah jangka sorong/caliper (0,05 mm), neraca OHAUS
(0,01 gram), spidol, mistar dan kalkulator.
III.2.
Bahan
Bahan
yang kami gunakan pada percobaan ini adalah biji Flamboyan Delonix regia, kertas grafik, dan kantung plastik.
III.3.
Cara Kerja
Cara kerja adalah sebagai berikut:
1.
Membagi
kertas grafik menjadi 15 bagian berbentuk kotakl dengan spidol.
2.
Mengambilbiji
yang tersedia secara acak sebanyak 15 biji kemudian meletakkannya pada kertas
grafik yag sudah diberi nomor masing-masing.
3.
Mengukur
panjang dari tiap biji dengan menggunakan jangka sorong, menulis hasilnya pada
kertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak masing-masing, kemudian meletakkan
biji tersebut ke tempat semula.
4.
Menimbang
biji dengan menggunakan neraca OHAUS untuk mengetahui beratnya.
5.
Menggunakan
analisis data dari dua kelompok perhitungan masing-masing kelompok untuk
perhitungan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
No
|
X
(cm)
|
Y
(gr)
|
1
|
1,135
|
0,30
|
2
|
1,115
|
0,34
|
3
|
1,130
|
0,26
|
4
|
1,130
|
0,30
|
5
|
1,050
|
0,30
|
6
|
1,010
|
0,34
|
7
|
1,030
|
0,32
|
8
|
1,080
|
0,30
|
9
|
1,110
|
0,34
|
10
|
1,150
|
0,32
|
11
|
1,115
|
0,28
|
12
|
1,150
|
0,30
|
13
|
1,100
|
0,28
|
14
|
1,160
|
0,34
|
15
|
0,915
|
0,30
|
∑
|
16,38
|
4,62
|
IV.1 Hasil
A. biji flamboyant, Delonix
regia B. biji jarak, Ricinus communis
No
|
X (cm)
|
Y (gr)
|
1
|
0,265
|
0,94
|
2
|
0,269
|
0,92
|
3
|
0,2625
|
0,88
|
4
|
0,266
|
0,92
|
5
|
0,266
|
0,84
|
6
|
0,268
|
1
|
7
|
0,275
|
0,94
|
8
|
0,255
|
0,94
|
9
|
0,2575
|
0,76
|
10
|
0,267
|
0,86
|
11
|
0,267
|
0,92
|
12
|
0,2495
|
0,9
|
13
|
0,262
|
0,9
|
14
|
0,246
|
0,84
|
15
|
0,2525
|
0,9
|
∑
|
3,928
|
13,46
|
IV.2 Analisis Data
IV.2.1 Analisis data
hasil pengukuran dan penimbangan biji Flamboyan
No
|
Xi
|
Xi2
|
(Xi-X)
|
(Xi-X)2
|
Yi
|
Yi2
|
(Yi-Y)
|
(Yi-Y)2
|
Xi
. Yi
|
1
|
0,265
|
0,07
|
0,005
|
0,000025
|
0,94
|
0,88
|
0,04
|
0,0016
|
0,2491
|
2
|
0,269
|
0,07
|
0,009
|
0,000081
|
0,92
|
0,85
|
0,02
|
0,0004
|
0,24748
|
3
|
0,2625
|
0,07
|
0,00025
|
0,00000625
|
0,88
|
0,77
|
-0,02
|
0,0004
|
0,231
|
4
|
0,266
|
0,07
|
0,006
|
0,000036
|
0,92
|
0,85
|
0,02
|
0,0004
|
0,245
|
5
|
0,266
|
0,07
|
0,006
|
0,000036
|
0,84
|
0,71
|
-0,19
|
0,0361
|
0,223
|
6
|
0,268
|
0,07
|
0,008
|
0,000048
|
1
|
1
|
0,1
|
0,01
|
0,268
|
7
|
0,275
|
0,076
|
0,015
|
0,000225
|
0,94
|
0,88
|
0,04
|
0,0016
|
0,26
|
8
|
0,255
|
0,884
|
-0,005
|
0,000025
|
0,94
|
0,88
|
0,04
|
0,0016
|
0,24
|
9
|
0,2575
|
0,066
|
-0,0025
|
0,00000625
|
0,76
|
0,58
|
-0,14
|
0,0196
|
0,196
|
10
|
0,267
|
0,07
|
0,007
|
0,000049
|
0,86
|
0,74
|
-0,04
|
0,0016
|
0,23
|
11
|
0,267
|
0,07
|
0,007
|
0,000049
|
0.92
|
0,85
|
0,02
|
0,0004
|
0,246
|
12
|
0,2495
|
0,06
|
-0,0105
|
0,00011025
|
0,9
|
0,81
|
0
|
0
|
0,225
|
13
|
0,262
|
0,07
|
0,002
|
0,00004
|
0,9
|
0,81
|
0
|
0
|
0,24
|
14
|
0,246
|
0,06
|
-0,014
|
0,000196
|
0,84
|
0,71
|
-0.06
|
0,0036
|
0,21
|
15
|
0,2525
|
0,06
|
-0,0075
|
0,00005625
|
0,9
|
0,81
|
0
|
0
|
0,23
|
∑
|
3,928
|
1,836
|
0.02575
|
0,000989
|
13,46
|
12,13
|
-0,17
|
0,0773
|
3,5409
|
a. Panjang
biji Flamboyan Delonix regia
-
Panjang biji rata-rata (X)
=3,928/15=0,26 cm
-
Panjang biji maksimum (X max) = 0,275 cm
-
Panjang biji minimum (X min) = 0,246 cm
b. Berat
Biji Flamboyan Delonix regia
-
Berat biji rata-rata (Y) = 13,46/15 = 0,9 gr
-
Berat biji maksimum (Y max) =1 gr
-
Berat biji minimum (Y min) =0,76 gr
c.
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
|
-
Simpangan
baku panjang
Sx =
=
=
= 0,0084
d.
Banyaknya
kelas ( rumus Sturges)
Jumlah kelas = 1 + 3,3 log
n
= 1 +
3,3 log 15
= 4.88 ≈ 5
e. Interval
Panjang dan Berat
-
Interval Panjang = = 0,0058
-
Interval Berat = = = 0,048
f. Tabel
Distribusi
a) Panjang
Kelas
|
Kelas
Distribusi
|
Frekuensi
|
A
|
0,246
– 0,2518
|
2
|
B
|
0,2519
– 0,2577
|
3
|
C
|
0,2578
– 0,2636
|
2
|
D
|
0,2637
– 0,2695
|
7
|
E
|
0,2696–
02754
|
1
|
Kelas
|
Kelas Distribusi
|
Frekuensi
|
A
|
0,76 – 0,808
|
1
|
B
|
0,809 – 0,857
|
2
|
C
|
0,858 – 0,906
|
2
|
D
|
0,907 – 0,955
|
9
|
E
|
0,956 – 1,004
|
1
|
a. Grafik Batang
a) Panjang
b) Berat
a.
Analisis
korelasi (Rumus Person Product Moment)
rxy
=
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy = 0,074
-
untuk t tabeldk = 15 – nsifat beda = 15 – 2 = 13jadi nilai t tabelnya adalah 2,16berarti 0,268 < 2,16t hitung < t tabel = Ho diterima dan H1 ditolak
t =
=
=
=
= 0,268
IV.2.1
Analisis data hasil pengukuran dan penimbangan biji Berat biji jarak Ricinus
communis
No.
|
Xi
|
Xi²
|
(Xi-X)
|
(Xi-X)²
|
Yi
|
Yi²
|
(Yi-Y)
|
(Yi-Y)²
|
Xi.Yi
|
1
|
1,135
|
1,288
|
0,043
|
0,002
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,340
|
2
|
1,115
|
1,243
|
0,023
|
0,0005
|
0,34
|
0,11
|
0,032
|
0,0010
|
0,379
|
3
|
1,130
|
1,277
|
0,038
|
0,0014
|
0,26
|
0,07
|
-0,238
|
0,0566
|
0,294
|
4
|
1,130
|
1,277
|
0,038
|
0,0014
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,339
|
5
|
1,050
|
1,102
|
-0,042
|
0,0017
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,339
|
6
|
1,010
|
1,020
|
-0,082
|
0.0067
|
0,34
|
0,11
|
0,032
|
0,0010
|
0,379
|
7
|
1,030
|
1,277
|
0,038
|
0,0014
|
0,32
|
0,10
|
-0,208
|
0,0432
|
0,329
|
8
|
1,080
|
1,166
|
-0,012
|
0,0001
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,339
|
9
|
1,110
|
1,232
|
0,018
|
0,0003
|
0,34
|
0,11
|
0,032
|
0,0010
|
0,379
|
10
|
1,150
|
1,322
|
0,058
|
0,0033
|
0,32
|
0,10
|
-0,208
|
0,0432
|
0,329
|
11
|
1,115
|
1,243
|
0,023
|
0,0005
|
0,28
|
0,08
|
-0,028
|
0,0008
|
0,312
|
12
|
1,150
|
1,322
|
0,058
|
0,0033
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,345
|
13
|
1,100
|
1,210
|
0,008
|
0.00006
|
0,28
|
0,08
|
-0,028
|
0,0008
|
0,312
|
14
|
1,160
|
2,560
|
0,068
|
0,0046
|
0,34
|
0,11
|
0,032
|
0,0010
|
0,379
|
15
|
0,915
|
0,837
|
-0,177
|
0,0313
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,345
|
∑
|
16,38
|
17,948
|
0,10
|
0,061
|
4,54
|
1,393
|
-0,005
|
0,020
|
4,956
|
a. Panjang biji Jarak Ricinus communis
- Panjang rata-rata (X) = 1,092 cm
-Panjang maksimum (X max) = 1,160 cm
- Panjang minimum (X min) = 0,915 cm
b.
BeratbijiJarak Ricinuscommunis
-Berat rata-rata (Y) = 0,303 gr
- Berat maksimum (Y max) = 0,34 gr
-Berat minimum (Y min) = 0,26 gr
c. Simpangan
Baku untukpanjangbijiJarak Ricinus
communis
SDx =0,064
d. Simpangan
Baku untukberatbijiJarak Ricinus communis
SDy= 0,103
e. Banyaknya Kelas
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 15
=
4,88= 5
f. Interval
panjang
= = = 0,049 cm
g. Interval
berat
= = = 0,016 gram
h.
Tabel Ditribusi
-
Panjang biji Jarak Ricinuscommunis
|
Kelas
|
Interval
|
Frekuensi
|
A
|
0,915- 0,964
|
1
|
B
|
0,965-1,014
|
11
|
C
|
1,015-1,064
|
6
|
D
|
1,065 – 1,114
|
1
|
E
|
1,115–1,164
|
1
|
Jumlah
|
20
|
i.
Grafik perbandingan
- Analisis Korelasi
rxy =
=
|
=
=
0,038
k.
Uji t (t test)
t =
=
=
=
= 0,136
IV.3
Pembahasan
Pada percobaan ini, membahas tentang hubungan
korelasi antara panjang dan berat pada biji yang telah diukur, di mana biji
yang dugunakan sebagai bahan percobaan adalah flamboyant Delonix regia dan biji jarak Ricinus
communis. Pada pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan
korelasi antara pertambahan panjang dan pertambahan berat dari biji yang diukur
dengan menggunakan alat yaitu jangka sorong untuk mengukur panjang dan neraca
ohaus untuk mengukur berat.
Biji
Flamboyan Delonix regia memiliki panjang maksimum = 0.275 cm, panjang
minimum = 0,246 cm, dan panjang rata-ratanya = 0,26 cm. Untuk
berat maksimum biji salak Salaca edulis sebesar = 1 gram, berat
minimum = 0,76 gram, dan memiliki berat rata-rata sebesar = 0,9 gram. Dari hasil pengukuran ini
diperoleh data simpangan baku untuk panjang sebesar 0,0084cm, dan berat sebesar 0,074gram. Interval
panjang sebesar 0,0058
dan interval berat 0,048. Hasil analisis korelasi biji jarak Ricinus communis adalah 0,074 dan hasil analisis nilai t hitungnya yang
diperoleh adalah 0,264.
Data ini
kemudian dimasukkan ke dalam table diskusi dan dibagi dalam 5 jumlah kelas. Setelah pengukuran dilakukan, diperoleh interval
panjang 0,0058 dan interval berat 0.048.
kemudian tiap nilai frekuensi kelas dicari, yaitu
seberapa sering data ini
muncul dalam interval kelasnya. Kemudian hasil dari pembagian ini dimasukkan ke
dalam diagram batang.
Terlihat
pada pengamatan menggunakan biji flamboyan, pergerakan frekuensi
panjang biji yang berflukstuasi memiliki
pola yang sama dengan berat biji, berbeda dengan data biji jarak, terlihat beberapa perbedaan yang agak mencolok antara
fluktuasi panjang dan batang pada kelas A, D dan
E. perhitungan yang selanjutnya yaitu data dianalisis
korelasi dengan
menggunakan rumus Person Product Moment untuk mendapatkan nilai rxy.
Pada biji flamboyan didapatkan nilai rxy sebesar 0,074 sedangkan biji jarak 0,038. Hasil uji test ini untuk biji flamboyan didapatkan
0,268 sedangkan biji jarak 0,136. Pada pendataan ini digunakan dua variable berbeda,
yaitu penghitungan panjang biji dan berat
biji seyang memilikiderajat kebebasan = 15 - 2 = 13, artinya nilai t
tabelnya berada di baris ke 13, karena data yang digunakan ada 15 percobaan, maka digunakanlah analisis dengan kebenaran 5 %, maka
nilai t tabel yang didapatkan ialah 2,16. Penghitungan ada atau tidaknya
korelasi adalah
sebagai berikut :
1.
t
hitung < t table maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada korelasi
2.
thitung
> t table maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada korelasi
3.
thitung
= t table maka Ho dan H1 tidak diterima dan tidak ditolak, artinya tidak ada
hubungan sama sekali.
Pada biji Flamboyan t hitungnya
0,268, karna 0,268 < 2,16 yang berarti t hitung < t tabel, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Diterimanya Ho ini berarti tidak ada korelasi antara
panjang dengan berat, artinya pertambahan panjang tidak diikuti oleh
pertambahan berat, yaitu
semakin bertambah berat maka panjang biji semakin pendek.Begitu pun sebailikya,
pertambahan panjang diikuti oleh penurunan berat biji.
Begitu pula pada biji jarak yang
mempunyai nilai t hitung 0,136, karna 0,2136< 2,16 yang berarti t hitung
< t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Diterimanya Ho ini berarti pula
tidak ada korelasi antara panjang dengan berat.
Faktor- faktor penyebab tidak adanya
korelasi ini adalah Human error,
biasanya kesalahan pendataan
dilakukan oleh manusia, baik itu dalam membaca skala pengukuran maupun
kesalahan dalam penghitungan.Selain itu alat pengukuran yang rusak dapat pula
memberikan informasi yang salah. Kemudian yang kedua adalah Gen Pembentukan fenotip dipengaruhi oleh genotip yang memang
telah memiliki struktur berbeda antara perkembangan panjang biji dan berat
biji. Kemudian yang ketiga adalah Lingkungan, yakni kondisi alam yang menyebabkan adanya perubahan pada
biji.Faktor lingkungan bisa terjadi karna pengaruh suhu, kelembababan, cahaya
matahari maupun nutrisi.Selain itu, faktor evolusi juga berperan penting pada
ada atau tidaknya hubungan anatara pertambahan panjang dan pertambahan berat
biji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarnya tulung!! tentang postingan saya