Sabtu, 21 Januari 2017

Konservasi Sumber Daya Alam Pulau Raja Ampat

TUGAS MAKALAH
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM


PULAU RAJA AMPAT

logo-unhas-hitam-putih.jpg





OLEH :

SELVIANI
H41112334










JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala bimbingan dan penyertaan-Nya, sehingga makalah biologi molekuler dengan judul Pulau Raja Ampat selesai tepat pada waktunya.
Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa tiada gading yang tidak retak, begitupula makalah ini tidak luput dari kekurangan, maka tegur sapa yang bersifat membangun selalu dinanti.




















                                                                                   

Makassar, 17 Mei 2016


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang
            Kepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung Pulau Papua. Gugusan pulau ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Raja Ampat daerah yang memiliki sumber daya alam nonhayati yang terdiri atas 610 pulau, empat di antaranya merupakan pulau besar. Raja Ampat terdiri atas gugusan pulau berbagai bentuk, wilayah perbukitan, pantai dengan pasir putih, dan hutan, serta goa di dalam laut.
Asal mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia-Belanda.
Raja Ampat memang dikenal akan kekayaan dan keindahan sumber daya alamnya. Maka tidak heran kalau banyak sekali orang yang ingin mengunjungi tempat ini. Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata. Apalagi wisata penyelaman. Wilayah perairan kepulauan Raja Ampat dikabarkan sebagai salah satu dari 10 perairan terbaik untuk dijadikan tempat menyelam. Bahkan, perairan kepulauan Raja Ampat telah diakui sebagai nomor satu untuk masalah kelengkapan flora dan fauna bawah air.
I.2. Rumusan Masalah
            Rumusan masalah dari makalah ini adalah mengapa Pulau Raja Ampat disebut sebagai kawasan konservasi?
I.3 Tujuan
            Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui alasan Pulau raja Ampat disebut sebagai kawasan konservasi.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Raja Ampat kaya akan sumber daya alam hayati bawah laut, terdiri dari terumbu karang dan biota laut, yang terlengkap di dunia. Kekayaan ini menjadikan kepulauan Raja Ampat sebagai kawasan pulau-pulau kecil dengan keanekaragaman hayati laut yang luar biasa jumlahnya. Karena itu perairan Raja Ampat disebut sebagai “Ibukota Ikan di Dunia”.
Pulau-pulau yang belum terjamah dan keindahan laut yang masih asrimenjadikan Raja Ampat salah satu objek wisata paling populer di dunia. Bagi pencinta wisata bawah air, Raja Ampat sangat dikenal, bahkan dinilai terbaik di dunia untuk kualitas terumbu karangnya. Pada pertengahan 2006, tim khusus dari majalah petualangan ilmiah terkemuka dunia, National Geographic, membuat liputan di Raja Ampat, yang menjadi laporan utama berita pada tahun 2007 di majalah tersebut. Sebagai bangsa Indonesia kita patut bangga memiliki wilayah yang terkenal akan keindahannya di dunia.
Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara P. Waigeo dan P. Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Terumbu karang yang ada di Raja Ampat umumnya memiliki tipe terumbu karang dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan pula terumbu karang dengan tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa wilayah, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa harus menyelam. Anehnya, dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung.
Sumber daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Berdasarkan asalnya, sumber daya alam dibedakan menjadi sumber daya alam hayati dan sumber daya alam nonhayati.
Sumber Daya Alam Hayati, disebut juga SDA biotik yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam, hidup, dan bisa diperbarui. Contoh: terumbu karang dan berbagai jenis ikan.
Sumber Daya Alam Nonhayati, disebut juga SDA abiotik, yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam, dan tidak bisa diperbarui. Contoh: tanah daratan di pulau, pasir di pantai, air laut, batu karang.
Manfaat dari sumber daya alam nonhayati bagi masyarakat yang tinggal di kepulauan Raja Ampat
Tanah daratan di pulau, manfaatnya: sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia, tumbuhan, dan hewan di darat.
Perbukitan, manfaatnya: tempat hidup beragam hewan dan tumbuhan, tempat wisata.
Pantai berpasir, manfaatnya: tempat hidup hewan pantai dan sebagai batas antara darat dan laut.
Air Laut, manfaatnya: tempat hidup biota laut dan penyeimbang alam.
Manfaat dari sumber daya alam hayati bagi masyarakat yang tinggal di kepulauan Raja Ampat.
Terumbu karang, manfaatnya: tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan objek wisata.
Beragam jenis ikan, manfaatnya: dikonsumsi manusia dan objek wisata. Lima jenis pekerjaan masyarakat yang tinggal di wilayah di kepulauan Raja Ampat dengan adanya jenis sumber daya alam tersebut yaitu nelayan, peternak terumbu karang, peternak udang, pemandu wisata, pekerja di penginapan lokasi wisata.
Hubungan antara sumber daya alam dan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut beserta kesimpulannya. Beragam sumber daya alam memungkinkan manusia yang ada di wilayah tersebut untuk memanfaatkan dan mengolahnya, sehingga muncul jenis-jenis pekerjaan yang berhubungan dengan SDA yang ada.
Kawasan Konservasi di Kabupaten Raja Ampat
Raja Ampat bisa dikatakan sebagai Kabupaten Konservasi, karena memiliki kawasan konservasi yang begitu luas baik daratan maupun perairan. Kabupaten Raja Ampat setidaknya memiliki 7 kawasan konservasi perairan dan 8 kawasan terestrial. Untuk kawasan konservasi terestrial diperkirakan mencakup 80% darai luas daratan Kabupaten Raja Ampat. Diinformasikan 8 kawasan konservasi terestrial yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab Seksi Konservasi Wilayah I Waisai.
raja42.jpg
 Peta Penyebaran Kawasan Konservasi di Kabupaten Raja Ampat
Kedelapan 8 kawasan konservasi terestrial tersebut mencapai luas sekitar 416.430,26 ha, yang terdiri dari:
1.    CA Waigeo Barat seluas 95.200 ha,
2.    CA Waigeo Timur seluas 119.000 ha,
3.    CA Batanta Barat seluas 16.749 Ha,
4.    CA Salawati Utara seluas 58.411,26 ha,
5.    CA Misool Selatan seluas 111.476 ha,
6.    CA Kofiau seluas 100 ha,
7.    SM Pulau Tolobi (Kofiau) seluas 7.197 ha,
8.    dan TWAL Kofiau 7.797 ha.
Cagar Alam  Waigeo Barat
1.      Letak dan Luas

Kawasan hutan Cagar Alam Waigeo Barat ini ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.395/ Kpts/Um/5/1981 tanggal 7 Mei 1981 dengan luas 153.000 Ha dan merupakan wilayah dengan pemanfaatan lahan terluas di daerah Waigeo Barat. Namun setelah dilakukan kegiatan penataan batas yang di lakukan oleh Sub Biphut Manokwari, kawasan hutan Cagar Alam Pulau Waigeo Barat memiliki luas definitif 95.200 Ha (belum ada penetapan hasil tata batas ini).
Cagar Alam Pulau Waigeo Barat secara geografis terletak antara 130°16’ BT sampai 130°56’ BT dan 0°25’ LS. Secara administrasi kepemerintahan kawasan ini termasuk dalam wilayah Distrik Waigeo Barat, Distrik Waigeo Selatan dan Distrik Teluk Mayalibit Kebupaten Kepulauan Raja Ampat Propinsi Papua Barat. Sedangkan dalam pengelolaannya berada dibawah tanggung jawab Seksi Konservasi Wilayah I Waisai.
2.      Potensi Biofisik
Topografi pada umumnya berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan puncaknya yang tertinggi adalah Gunung Flausa ± 519 meter dpl. Kondisi tutupan lahan di kawasan ini masih didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer. Beberapa sungai kecil mengalir di kawasan ini dan pada umumnya membentuk hutan bakau dan sagu pada bagian muaranya. Sungai Raja adalah salah satu sungai di bagian selatan yang dikeramatkan oleh penduduk setempat karena dianggap petilasan Raja Ampat.
Formasi batuan dalam kawasan ini merupakan batuan basah dan neogen dengan jenis tanah podsolik. Sebagian besar daratan Waigeo didominasi oleh laterit ultrabasic. Di daerah pantai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut laut formasi batuan merupakan campuran podsolik dan rendzina.
Cagar Alam Pulau Waigeo Barat memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini mencakup areal hutan di kaki perbukitan dan pegunungan rendah di bawah 1.000 meter, yang terdapat di atas lapisan batuan kapur (limstone), batuan magma, dan batuan vulkanik. Dari segi faunanya kawasan ini adalah yang terpenting di antara pulau-pulau Raja. Tercatat 171 jenis burung dan 27 jenis mamalia dimiliki kawasan ini, diantaranya bandikut (Echymipera kalubu), kus-kus bertotol (Phalanger maculatus), oposum bergaris (Dactylopsila trivirgata), kalelawar, dan tikus pohon.
Kawasan ini merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis satwa dan tumbuhan endemik. Spesies endemik di kawasan ini adalah maleo waigeo (Aepypodius bruijnii). cenderawasih merah (Paradisaea rubra), cenderawasih wilson/botak (Cicinnurus respublica), dan anggrek waigeo (Cypripedium praestans). Kawasan ini juga merupakan habitat dari beberapa satwa khas Papua yang dilindungi antara lain: kakatua putih jambul kuning (Cacatua galerita), raja udang hutan (Halcyon macleayii), julang irian (Aceros plicatus), kakatua raja (Probosciger aterrimus), bayan (Eclectus roratus), nuri merah kepala hitam (Lorius lory), mambruk viktoria (Goura victoria), dan maleo (Magrocephalus maleo).
CAWB.jpg
Aksesibiltas
Untuk menuju lokasi CA. Pulau Waigeo Barat dari Kota Sorong dapat ditempuh dengan perjalanan laut menggunakan kapala penyeberangan Raja Ampat dalam waktu + 8 jam, dengan tarif Rp 50.000. atau dengan menggunakan speed boat carteran dengan waktu tempuh sekitar 2 – 3 jam tergantung pada kekuatan mesin.
Akomodasi
Sarana pengelolaan kawasan yang tersedia adalah sebuah Pos Jaga di Waisai Ibu Kota Kabupaten Raja Ampat. Selain itu terdapat Pusat Informasi Kelautan Raja Ampat di Waiwo yang dilengkapi dengan penginapan yang dikelola oleh Conservation Internasional (CI) bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Raja Ampat. Untuk menginap di Pusat Informasi Kelautan Raja Ampat ini pengelola mengenakan tarif Rp 100.000 per malam.
Nilai Penting Kawasan
Beberapa nilai penting kawasan CA. Pulau Waigeo Barat antara lain:
      Sebagai kawasan perlindungan sumber daya alam hayati khususnya jenis-jenis yang dilindungi dan atau jenis-jenis yang endemik seperti yang telah disebutkan.  
      Sebagai daerah penyangga kehidupan bagi kawasan lain disekitarnya seperti SM. Kepulauan Raja Ampat, Teluk Mayalibit.
      Daerah tangkapan air bagi beberapa DAS penting didaerah pulau Waigeo, seperti Sungai Waiwiai.
IIsu-isu konservasi
Beberapa isu penting berkaitan dengan pengelolaan kawasan CA. Pulau Waigeo Barat antara lain:
1.      Kebutuhan ruang bagi pembangunan infrastruktur Kabupaten Kepulauan Raja Ampat seperti: pembangunan jalan, dermaga udara, perkantoran (di Waisai) dan pengembangan Ibu Kota Distrik Waigeo Barat (di Waisilip)
2.      Isu pemanfaatan sumber daya alam (penambangan nikel), khususnya di bagian Barat.
                       






BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah Raja Ampat bisa dikatakan sebagai Kabupaten Konservasi, karena memiliki kawasan konservasi yang begitu luas baik daratan maupun perairan. Kabupaten Raja Ampat setidaknya memiliki 7 kawasan konservasi perairan dan 8 kawasan terestrial. Untuk kawasan konservasi terestrial diperkirakan mencakup 80% darai luas daratan Kabupaten Raja Ampat. Diinformasikan 8 kawasan konservasi terestrial yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab Seksi Konservasi Wilayah I Waisai.
III.2 Saran
            Sebaiknya kawasan konservasi di Indonesia terutama Pulau Raja Ampat lebih dilindungi kawasan cagar alamnya untuk mempertahankan ekosistemnya. Kemudian mata kuliah Konservasi Sumber Daya Alam sebaiknya dilakukan praktek lapang untuk lebih mendalami konsep konservasi pada suatu Pulau.






DAFTAR PUSTAKA

Ajim, Nanang, 2015. Sumber Daya Alam Kepulauan Raja Ampat. http://www.mikirbae.com/2015/04/sumber-daya-alam-kepulauan-raja-ampat.html?m=1, diakses pada tanggal 16 mei, 2016. Makassar.

Arman, Muhammad, 2014.  Kawasan Konservasi, di Kabupaten Raja Ampat. http://ksdarajaampat.blogspot.co.id/p/kawasan-konservasi.html, diakses pada tanggal 16 mei, 2016. Makassar.

Arsalia, Firda, 2012. Kekayaan Sumber Daya Alam di Raja Ampat Papua. http://firdaaa12.blogspot.co.id/2012/11/kekayaan-sumber-daya-alam-di-raja-ampat.html, diakses pada tanggal 16 mei, 2016. Makassar.

Chandra, Wahyu, 2013. Mempertahankan Eksostisme Kepulauan Raja Ampat. http://readersblog.mongabay.co.id/rb/2013/07/02/mempertahankan-eksotisme-kepulauan-raja-ampat/, diakses pada tanggal 16 mei, 2016. Makassar.

Setiawan, Roni, 2014. Keindahan Dan Kekayaan Sumber Daya Alam Bawah Laut Raja Ampat. http://www.berbagionline.com/65/keindahan-dan-kekayaan-sumber-daya-alam-bawah-laut-raja-ampat, diakses pada tanggal 16 mei, 2016. Makassar.