LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN I
IMITASI PERBANDINGAN GENETIS
NAMA : SELVIANI
NIM : H41112334
HARI/TANGGAL :KAMIS/ 7 MARET 2013
KELOMPOK :II (DUA) B
ASISTEN :RR. DYAH RORO A.W.
LABORATORIUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1.
latar belakang
Orang yang pertama kali mempelajari sifat-menurun yang diwariskan dari sel
sperma adalah Haeckel 1868, akan
tetapi yang dinobatkan sebagai Bapak Genetika adalah Johan Gregor Mendel,Beliau meraih gelar ilmuwan genetika
untuk studi tentang pewarisan sifat-sifat tertentu pada tanaman kacang, karena
kesungguhanya dalam melakukan eksperimen tentang hereditas tumbuhan. Melalui
penelitianya Mendel menyimpulkan sebagaimana penulis kutip dari Wikipedia bahwa
pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut
gen yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya (Anonim,
2013).
Faktor keturunan pada setiap individu terdapat secara berpasangan dalam
bentuk unit. Mendel berpendapat bahwa pasangan tersebut terpisah secara
seimbang dalam bentuk komponen reproduksi jantan dan betina (gamet). Dengan
demikian, masing-masing karakter ini akan diwariskan pada generasi berikutnya
(Anonim, 2013).
Banyak
sifat pada tanaman, binatang dan mikrobia yang diatur oleh satu gen. Gen-gen.
Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-masing
orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada keturunannya.
Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya secara
genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan
terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen
tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu
sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana
pewarisan dua sifat atau lebih (Anonim, 2013).
Sesungguhnya
di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern; belum diketahui
adanya kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetis itu.
Mendel menyebut bahan genetis itu hanya faktor penentu (determinant) atau disingkat
dengan faktor (Yatim, 2003).
I.2.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mendapatkan gambaran
tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan akan
bertemu secara acak atau random.
I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Maret 2013 pukul 14.30 – 17.30 WITA bertempat
di Laboratorium Genetika, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum
mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri
dari dua bagian (Anonim, 2013):
1.
Hukum pemisahan
(segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan
2.
Hukum
berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum
Mendel I : pemisahan gen sealel. Dalam bahasa Inggris disebut : ”Segregation of
allelic genes”. Hukum ini disebut juga Hukum Segregasi. Berdasarkan
percobaan menyilang 2 individu yang memiliki 1 karakter berbeda :
Monohibrid.Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembikinan gamet
individu yang memiliki genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung
salah satu alel itu(Suryo,1984).
Mendel
menyilang kacang kapri atau ercis normal (tinggi) dengan kacang kapri kerdil
(rendah, abnormal). Ukuran yang normal itu ialah 1,8 m, yang kerdil 0,3 m.
Untuk melakukan persilangan itu, penyerbukan sendiri dicegah lebih dulu dengan
membuang benang sari bunga bersangkutan sebelum sempat matang, lalu serbuk sari
dari batang pohon lain yang diinginkan dilekatkan ke kepala putik, sehingga
terjadilah penyerbukan silang buatan (Yatim, 2003).
Biji
yang dihasilkan oleh bunga yang disilangkan itu ditanam, tumbuhlah tanaman yang
memiliki karakter hasil persilangan, dalam hal ini ercis batang tinggi x batang
rendah. Mendel mengibaratkan kacang semula bergenotipe TT. Berasal
dari kata talldalam bahasa Inggeris, artinya tinggi. Sedang kacang
kerdil bergenotipe tt. Hasil silangan bergenotipe Tt.
Kalau Tt ini melakukan penyerbukan sendiri (secara alamiah), Tt x tt, maka
turunannya memiliki genotipe tiga macam : TT, Tt dan tt.
Tanaman bergenotipe TT dan Tt katanya berfenotipe sama, yakni tinggi. Karakter
t untuk rendah karena resesif, ditutupi oleh T yang menumbuhkan karakter
tinggi. Jadi karakter tinggi dominan. Mendel menemui pula, bahwa keturunan dari
hasil penyerbukan sendiri itu jeuh lebih banyak jumlah yang tinggi daripada
yang rendah. Kalau dihitung tanaman itu langsung di kebun, secara rata-rata dia
dapat bahwa perbandingan (ratio) antara tinggi dengan rendah
ialah 3:1. Dari hasil persilangan Mendel kelihatan Ratio Genotipe pada turunan
kedua ialah: 1TT : 2Tt : 1tt. Karena fenotipe TT sama dengan Tt, maka ratio
fenotipe semua ialah: 1 tinggi : 2 tinggi : 1 rendah. Disingkat: 3 tinggi : 1
rendah (Yatim, 2003).
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga
tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya (Campbell, dkk., 2010).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok (Anonim , 2013):
1.
Gen memiliki bentuk-bentuk
alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep
mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).
2.
Setiap individu
membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).
3.
Jika sepasang
gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan
(S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel
resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada
gamet yang dibentuk pada turunannya (wikipedia, 2013).
Jika model percampuran pewarisan sifat adalah benar, hibrid F1
dari persilangan antara ercis berbunga ungu dan berbunga putih seharusnya
memiliki bunga ungu pucat, sifat intermediat antar antara sifat-sifat pada
generasi P. Mendel menggunakan ukuran sampel yang sangat besar dan mencatat
hasilnya dengan akurat: 705 tanaman F2 memiliki bunga ungu,
sedangkan 224 tanaman berbunga putih. Mendel menalar bahwa faktor terwariskan
untuk bunga putih tidak hilang pada tanaman F1, melainkan
tersembunyi atau tertutupi ketika terdapat faktor bunga ungu. Dalam istilah Mendel, warna bunga ungu merupakan
sifat dominan sedangkan warna bunga putih merupakan sifat resesif (Campbell, dkk., 2010).
Kemunculan kembali tanaman berbunga putih pada pada generasi F2
merupakan bukti bahwa faktor terwariskan yang menyebabkan bunga putih tidak
menjadi lemah atau hancur oleh faktor bunga ungu yang ada bersama-sama dalam
hibrid F1. Mendel mengamati bahwa ada pola pewarisan sifat yang sama pada enam karakter lain, masing-masing
dipresentaikan oleh dua sifat. Misalnya ketika Mendel menyilangkan varietas
galur-murni yang menghasilkan biji ercis
bulat mulus dengan yang menghasilkan biji keriput, semua hybrid F1menghasilkan
biji bulat. Ini adalah sifat dominan untuk biji. Pada generasi f2,
75% biji berbentuk bulat sedangkan 25% biji berbentuk keriput-rasio 3:1 (Campbell, dkk., 2010).
Mendel
mengembangkan suatu model untuk menjelaskan pola pewarisan sifat 3:1 yang
secara konsisten muncul pada keturunan F2 pada percobaannya dengan
ercis. Ia mendeskripsikan empat konsep terkait yang menyusun model ini. Konsep
keempat adalah hukum segregasi. Pertama, versi alternative gen menyebabkan
variasi dalam karakter yang diwarisi. Gen untuk warna bunga dalam tanaman ercis,
misalnya terdapat dalam dua versi, satu untuk bunga ungu dan satu lagi untuk
bunga putih. Versi alternative dari satu gen kini disebut alel. Kedua, untuk
setiap karakter, organisme mewarisi dua alel, satu dari masing-masing induk.
Hal yang luar biasa adalah Mendel menarik kesimpulan ini anpa mengetahui peran
kromosom. Dengan demikian, lokus genetic sebenarnya terpresentasikan dua kali
dalam sel diploid, satu kali pada setia homolog dari pasangan kromosom
spesifik, kedua alel pada lokus tertentu mungkin identik, seperti pada tanaman
galur-murni dari generasi P Mendel. Alel-alel itu mungkin juga berbeda, seperti
pada hybrid F1. Ketiga, jika dua alel pada suatu lokus berbeda maka
salah satunya alel dominan, menentukan kenampakan organisme: yang satu
lagi, alel resesif, idak memiliki efek tampak pada kenampakan organism. Dengan
demikian, tanaman F1 Mendel memiliki bunga ungu karena alel untuk
sifat tersebut dominan, sedangkan alel bunga putih resesif. Bagian keempat
sekaligus terakhir di hukum Mendel, hukum
segregasi, menyatakan bahwa dua alel untuk satu karakter terwariskan
bersegregasi/memisah selama pembentukan gamet dan akhirnya berada dalam
gamet-gamet yang berbeda (Campbell, dkk., 2010).
Dengan
demikian, sel telur atau sperma hnya memperoleh salah satu dari kedua alel yang
dalam sel-sel somatic dari organisme Hukum kedua Mendel
menyatakan bahwa bila dua individu
mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara
bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel
dengan gen
sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
memengaruhi (Anonim, 2013).
Pembuat gamet
tersebut. Dilihat dari kromosom, segregasi ini sesuai dengan pembagian kedua
anggota pasangan kromosom homolog ke gamet-gamet yang berbeda pada saat meiosis
(Campbell,
dkk.,2010).
Dikenal juga sebagai
Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan Secara Bebas. Menurut
hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat
lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk
sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya(Campbell, dkk., 2010).
Hukum Mendel 2 ini dapat
dijelaskan melalui oersilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat
beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat+keriput) dan warna
biji (kuning+hijau). Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning
dengan biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning.
Karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara
F1 diperoleh tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan keriput
hijau.Hukum Mendel 2 ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya
berjauhan. Jika kedua gen itu letaknya berdekatan hukum ini tidak berlaku(Campbell, dkk., 2010).
Hukum Mendel 2 ini juga
tidak berlaku untuk persilangan monohibrid.Misalnya dalam penyilangan
buncis,buncis dengan dua sifat beda (dihibrida). Buncis biji bulat warna kuning
disilangkan dengan biji keriput warna hijau. Keturunan pertama semuanya berbiji
bulat warna kuning. Artinya, sifat bulat dominan terhadap sifat keriput dan
kuning dominan terhadap warna hijau.Persilangan antar F1 mengasilkan keturunan
kedua (F2) sebagai berikut: 315 tanaman bulat kuning, 101 tanaman keriput
kuning, 108 tanaman bulat hijau dan 32 keriput hijau. Jika diperhatikan,
perbandingan antara tanaman bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau :
keriput hijau adalah mendekati 9:3:3:1.Untuk dapat menentukan apakah suatu
fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu, perlu dilakukan
suatu pengujian dengan melihat besarnyapenyimpangan nilai
pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya
penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam
percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati
terhadap frekuensi harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nio,
1990):
X2= (o-e/e)2
Keterangan:
O = nilai pengamatan fenotipe, E = nilai harapan fenotipe. (X2tabel)
sebagai berikut:Bila X2 hitung X2 tabel : maka
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan,
atau hipotesis diterima. Sebaliknya jika X2hitung X2tabel
: maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.Pada manusia
diketahui bahwa rambut keriting adalah dominan terhadap rambut yang lurus.
Sebagai contoh seorang pria berambut keriting heterozigot menikah dengan wanita
yang juga keriting heterozigot.Hasil tersebut diatas akan sangat berlainan
apabila kita mengamati sekitas seratus pasangan yang bergenotip seperi contoh
diatas sekaligus dan menghitung perbandingan anak-anak yang berambut lurus
terhadap anak-anak yang berambut keriting dari keseratus pasangan
sekaligus.Misalnya kalau setiap pasangan rata-rata mempunyai anak 4 orang, dan
ditemukan 95 orang anak yang berambut lurus,apakah kekurangan 5 orang berambut
lurus sudah membuktikan bahwa hokum Mendel tidak tepat.Dalam hal ini analisis
statistikmerupakan salah satu alat yang tepat untuk menjawab permasalahan
ini.Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena
selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak
penyimpangan yang masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli
statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal
penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan
analisis Chi-squrae (Nio,1990).
Mendel menyimpulkan hukum segregasi dari
percobaan-percobaan yang hanya mengikuti satu karakter tunggal, misalnya warna
bunga. Semua progeny F1 yang dihasilkan dalam
persilangan-persilangan yang ia lakukan dari induk galur-murni merupakan
monohybrid, artinya bersifat heterozigot hanya untuk satu karakter. Kita
menyebut persilangan di antara heterozigot-heterozigot semacam itu sebagai
persilangan monohibrid (monohybrid cross) (Campbell, dkk.,
2010).
Mendel
mengidentifikasi hokum kedua pewarisan sifat dengan cara mengikuti dua karakter
secara bersamaan, misalnya warna biji dan bentuk biji. Biji (ercis) berwarna
kuning atau hijau. Biji juga bisa bulat (mulus) atau keriput. Dari persilangan
karakter tunggal, Mendel mengetahui bahwa sel biji alel biji kuning dominan (Y)
sedangkan alel biji hijau resesif (y). untuk karakter bentuk biji, alel bulat
bersifat dominan (R), sedangkan alel biji keriput bersift resesif (r).
hipotesis alternatifnya adalah kedua pasangan alel bersegregasi secara bebas
satu sama lain. Dengan kata lain, gen-gen dikemas ke dalam gamet-gamet dalam
semua kombinasi alel yang mungkin, asalkan setiap gamet memiliki satu alel
untuk setiap gen (Campbell, dkk., 2010).
Hasil percobaan-percobaan Mendel merupakan dasar dari apa yang kini kita
sebut Hukum Pemilahan Bebas (law of
independent assortment), yang menyatakan bahwa setiap pasangan alel
bersegrasi secara bebas terhadap pasangan alel-alel lain selama pembentukan
gamet. Secara ketat, hukum ini hanya berlaku pada gen-gen (pasangan alel) yang
terletak pada kromosom yang tidak homolog. Gen-gen yang terletak dekat satu
sama lain pada kromosom yang berbeda-beda (atau berlaku seolah-olah demikian).
Kondisi ini sangat menyederhanakan interperetasi persilangan ercis
multikarakternya (Campbell,
dkk.,2010).
BAB III
METODE PERCOBAAN
METODE PERCOBAAN
III.1.
Alat
Adapun alat yang kami gunakan dalam praktikum adalah pulpen, buku,
kalkulator dan kantong baju lab.
III.2.
Bahan
Adapun bahan yang kami gunakan dalam praktikum ini adalah biji genetik.
III.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Setiap kelompok menerima 20 biji genetik dan
memasukkannya ke dalam kantong/saku, masing-masing kantong berisi 10 biji
genetik, terdiri dari 5 kuning hijau, 5 kuning hitam, 5 merah hijau dan 5 merah
hitam.
2. Mengambil satu biji genetik tersebut dari kantong kanan
dengan tangan kanan dan satu biji genetikdari kantong kiri dengan tangan kiri
pada waktu yang bersamaan dan akan menghasilkan sebuah kombinasi genetik.
Mencatat hasil yang diperoleh.
3. Setelah mencatat hasilnya, kembalikan biji genetik itu ke
kantong asalnya, dan kocoklah agar tercampur kembali.
4. Mengulangi pengambilan, sampai 16 kali pengambilan dan
membuat tabel dari hasil percobaan yang telah dilakukan.
5. Setelah selesai 16 kali pengambilan, maka masing-masing
kelompok melaporkan hasilnya pada asisten dan menulis hasil data kelas (data
yang diperoleh dari setiap kelompok) di papan tulis.
6. Mencatat data tersebut dalam laporan praktikum.