TUGAS
MAKALAH
KONSERVASI
SUMBER DAYA ALAM
PULAU RAJA AMPAT
OLEH :
SELVIANI
H41112334
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala bimbingan dan penyertaan-Nya, sehingga makalah biologi
molekuler dengan judul Pulau Raja Ampat selesai tepat
pada waktunya.
Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa
tiada gading yang tidak retak, begitupula makalah ini tidak luput dari kekurangan,
maka tegur sapa yang bersifat membangun selalu dinanti.
Makassar, 17 Mei 2016
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar belakang
Kepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau
yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung Pulau Papua.
Gugusan pulau ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.
Raja Ampat daerah yang memiliki sumber daya alam nonhayati yang terdiri atas
610 pulau, empat di antaranya merupakan pulau besar. Raja Ampat terdiri atas
gugusan pulau berbagai bentuk, wilayah perbukitan, pantai dengan pasir putih,
dan hutan, serta goa di dalam laut.
Asal
mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari
seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas
menjadi empat orang pangeran yang
berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati,
Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi
hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Dalam
perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat
bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku.
Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh
seorang raja.
Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim
di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan
Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda,
Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia-Belanda.
Raja Ampat memang dikenal akan kekayaan dan keindahan sumber
daya alamnya. Maka tidak heran kalau banyak sekali orang yang ingin mengunjungi
tempat ini. Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai objek wisata. Apalagi wisata penyelaman. Wilayah perairan
kepulauan Raja Ampat dikabarkan sebagai salah satu dari 10 perairan terbaik
untuk dijadikan tempat menyelam. Bahkan, perairan kepulauan Raja Ampat telah
diakui sebagai nomor satu untuk masalah kelengkapan flora dan fauna bawah air.
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini
adalah mengapa Pulau Raja Ampat disebut sebagai kawasan konservasi?
I.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah
untuk mengetahui alasan Pulau raja Ampat disebut sebagai kawasan konservasi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Raja
Ampat kaya akan sumber daya alam hayati bawah laut, terdiri dari terumbu karang
dan biota laut, yang terlengkap di dunia. Kekayaan ini menjadikan kepulauan
Raja Ampat sebagai kawasan pulau-pulau kecil dengan keanekaragaman hayati laut
yang luar biasa jumlahnya. Karena itu perairan Raja Ampat disebut sebagai
“Ibukota Ikan di Dunia”.
Pulau-pulau
yang belum terjamah dan keindahan laut yang masih asrimenjadikan Raja Ampat
salah satu objek wisata paling populer di dunia. Bagi pencinta wisata bawah
air, Raja Ampat sangat dikenal, bahkan dinilai terbaik di dunia untuk kualitas
terumbu karangnya. Pada pertengahan 2006, tim khusus dari majalah petualangan
ilmiah terkemuka dunia, National Geographic, membuat liputan di Raja Ampat,
yang menjadi laporan utama berita pada tahun 2007 di majalah tersebut. Sebagai
bangsa Indonesia kita patut bangga memiliki wilayah yang terkenal akan
keindahannya di dunia.
Dr
John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah
situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling
barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan
karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis
karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.
Tim
ahli dari Conservation International,
The Nature Conservancy, dan Lembaga
Oseanografi Nasional (LON)Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian
cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat
lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari
1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska,
dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan
75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas
area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Ada
beberapa kawasan terumbu
karang yang masih sangat baik kondisinya dengan
persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat
antara P. Waigeo dan P. Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur
Selatan dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya
adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan
juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung
Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu
karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap
bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Terumbu
karang yang ada di Raja Ampat umumnya memiliki tipe terumbu karang dengan
kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan pula terumbu karang dengan tipe
atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa wilayah, ketika pasang surut
terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa harus menyelam.
Anehnya, dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun
berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung.
Sumber
daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Berdasarkan
asalnya, sumber daya alam dibedakan menjadi sumber daya alam hayati dan sumber
daya alam nonhayati.
Sumber
Daya Alam Hayati, disebut juga SDA biotik yaitu segala sesuatu yang berasal
dari alam, hidup, dan bisa diperbarui. Contoh: terumbu karang dan berbagai
jenis ikan.
Sumber
Daya Alam Nonhayati, disebut juga SDA abiotik, yaitu segala sesuatu yang
berasal dari alam, dan tidak bisa diperbarui. Contoh: tanah daratan di pulau,
pasir di pantai, air laut, batu karang.
Manfaat
dari sumber daya alam nonhayati bagi masyarakat yang tinggal di kepulauan Raja
Ampat
Tanah
daratan di pulau, manfaatnya: sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia,
tumbuhan, dan hewan di darat.
Perbukitan,
manfaatnya: tempat hidup beragam hewan dan tumbuhan, tempat wisata.
Pantai berpasir,
manfaatnya: tempat hidup hewan pantai dan sebagai batas antara darat dan laut.
Air Laut,
manfaatnya: tempat hidup biota laut dan penyeimbang alam.
Manfaat dari
sumber daya alam hayati bagi masyarakat yang tinggal di kepulauan Raja Ampat.
Terumbu
karang, manfaatnya: tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan objek wisata.
Beragam
jenis ikan, manfaatnya: dikonsumsi manusia dan objek wisata. Lima jenis
pekerjaan masyarakat yang tinggal di wilayah di kepulauan Raja Ampat dengan adanya
jenis sumber daya alam tersebut yaitu nelayan, peternak terumbu karang,
peternak udang, pemandu wisata, pekerja di penginapan lokasi wisata.
Hubungan
antara sumber daya alam dan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut beserta
kesimpulannya. Beragam sumber daya alam memungkinkan manusia yang ada di
wilayah tersebut untuk memanfaatkan dan mengolahnya, sehingga muncul
jenis-jenis pekerjaan yang berhubungan dengan SDA yang ada.
Kawasan
Konservasi di Kabupaten Raja Ampat
Raja
Ampat bisa dikatakan sebagai Kabupaten Konservasi, karena memiliki kawasan
konservasi yang begitu luas baik daratan maupun perairan. Kabupaten Raja Ampat
setidaknya memiliki 7 kawasan konservasi perairan dan 8 kawasan terestrial.
Untuk kawasan konservasi terestrial diperkirakan mencakup 80% darai luas
daratan Kabupaten Raja Ampat. Diinformasikan 8 kawasan konservasi terestrial
yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab Seksi Konservasi Wilayah I Waisai.
Peta
Penyebaran Kawasan Konservasi di Kabupaten Raja Ampat
Kedelapan 8
kawasan konservasi terestrial tersebut mencapai luas sekitar 416.430,26 ha,
yang terdiri dari:
1. CA
Waigeo Barat seluas 95.200 ha,
2. CA
Waigeo Timur seluas 119.000 ha,
3. CA
Batanta Barat seluas 16.749 Ha,
4. CA
Salawati Utara seluas 58.411,26 ha,
5. CA
Misool Selatan seluas 111.476 ha,
6. CA
Kofiau seluas 100 ha,
7. SM
Pulau Tolobi (Kofiau) seluas 7.197 ha,
8. dan
TWAL Kofiau 7.797 ha.
Cagar
Alam Waigeo Barat
1.
Letak dan Luas
Kawasan
hutan Cagar Alam Waigeo Barat ini ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No.395/ Kpts/Um/5/1981 tanggal 7 Mei 1981 dengan luas 153.000 Ha dan
merupakan wilayah dengan pemanfaatan lahan terluas di daerah Waigeo Barat.
Namun setelah dilakukan kegiatan penataan batas yang di lakukan oleh Sub Biphut
Manokwari, kawasan hutan Cagar Alam Pulau Waigeo Barat memiliki luas definitif
95.200 Ha (belum ada penetapan hasil tata batas ini).
Cagar
Alam Pulau Waigeo Barat secara geografis terletak antara 130°16’ BT sampai
130°56’ BT dan 0°25’ LS. Secara administrasi kepemerintahan kawasan ini
termasuk dalam wilayah Distrik Waigeo Barat, Distrik Waigeo Selatan dan Distrik
Teluk Mayalibit Kebupaten Kepulauan Raja Ampat Propinsi Papua Barat. Sedangkan
dalam pengelolaannya berada dibawah tanggung jawab Seksi Konservasi Wilayah I
Waisai.
2.
Potensi Biofisik
Topografi
pada umumnya berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan puncaknya yang
tertinggi adalah Gunung Flausa ± 519 meter dpl. Kondisi tutupan lahan di
kawasan ini masih didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer. Beberapa sungai
kecil mengalir di kawasan ini dan pada umumnya membentuk hutan bakau dan sagu
pada bagian muaranya. Sungai Raja adalah salah satu sungai di bagian selatan
yang dikeramatkan oleh penduduk setempat karena dianggap petilasan Raja Ampat.
Formasi
batuan dalam kawasan ini merupakan batuan basah dan neogen dengan jenis tanah
podsolik. Sebagian besar daratan Waigeo didominasi oleh laterit ultrabasic. Di
daerah pantai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut laut formasi batuan
merupakan campuran podsolik dan rendzina.
Cagar
Alam Pulau Waigeo Barat memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini
mencakup areal hutan di kaki perbukitan dan pegunungan rendah di bawah 1.000
meter, yang terdapat di atas lapisan batuan kapur (limstone), batuan magma,
dan batuan vulkanik. Dari segi faunanya kawasan ini adalah yang terpenting di
antara pulau-pulau Raja. Tercatat 171 jenis burung dan 27 jenis mamalia
dimiliki kawasan ini, diantaranya bandikut (Echymipera kalubu), kus-kus
bertotol (Phalanger maculatus), oposum bergaris (Dactylopsila trivirgata),
kalelawar, dan tikus pohon.
Kawasan
ini merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis satwa dan tumbuhan endemik.
Spesies endemik di kawasan ini adalah maleo waigeo (Aepypodius bruijnii).
cenderawasih merah (Paradisaea rubra), cenderawasih wilson/botak (Cicinnurus
respublica), dan anggrek waigeo (Cypripedium praestans). Kawasan ini juga
merupakan habitat dari beberapa satwa khas Papua yang dilindungi antara lain:
kakatua putih jambul kuning (Cacatua galerita), raja udang hutan (Halcyon
macleayii), julang irian (Aceros plicatus), kakatua raja (Probosciger
aterrimus), bayan (Eclectus roratus), nuri merah kepala hitam (Lorius lory),
mambruk viktoria (Goura victoria), dan maleo (Magrocephalus maleo).
Aksesibiltas
Untuk menuju lokasi CA.
Pulau Waigeo Barat dari Kota Sorong dapat ditempuh dengan perjalanan laut
menggunakan kapala penyeberangan Raja Ampat dalam waktu + 8 jam,
dengan tarif Rp 50.000. atau dengan menggunakan speed boat carteran dengan
waktu tempuh sekitar 2 – 3 jam tergantung pada kekuatan mesin.
Akomodasi
Sarana pengelolaan
kawasan yang tersedia adalah sebuah Pos Jaga di Waisai Ibu Kota Kabupaten Raja
Ampat. Selain itu terdapat Pusat Informasi Kelautan Raja Ampat di Waiwo yang
dilengkapi dengan penginapan yang dikelola oleh Conservation Internasional (CI)
bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Raja Ampat. Untuk menginap di
Pusat Informasi Kelautan Raja Ampat ini pengelola mengenakan tarif Rp 100.000
per malam.
Nilai
Penting Kawasan
Beberapa nilai
penting kawasan CA. Pulau Waigeo Barat antara lain:
Sebagai kawasan perlindungan sumber daya alam hayati khususnya jenis-jenis yang
dilindungi dan atau jenis-jenis yang endemik seperti yang telah
disebutkan.
Sebagai daerah penyangga kehidupan bagi kawasan lain disekitarnya seperti SM.
Kepulauan Raja Ampat, Teluk Mayalibit.
Daerah
tangkapan air bagi beberapa DAS penting didaerah pulau Waigeo, seperti Sungai
Waiwiai.
IIsu-isu
konservasi
Beberapa
isu penting berkaitan dengan pengelolaan kawasan CA. Pulau Waigeo Barat antara
lain:
1. Kebutuhan
ruang bagi pembangunan infrastruktur Kabupaten Kepulauan Raja Ampat seperti:
pembangunan jalan, dermaga udara, perkantoran (di Waisai) dan pengembangan Ibu
Kota Distrik Waigeo Barat (di Waisilip)
2.
Isu pemanfaatan sumber daya alam
(penambangan nikel), khususnya di bagian Barat.
BAB
III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah Raja Ampat bisa dikatakan
sebagai Kabupaten Konservasi, karena memiliki kawasan konservasi yang begitu
luas baik daratan maupun perairan. Kabupaten Raja Ampat setidaknya memiliki 7
kawasan konservasi perairan dan 8 kawasan terestrial. Untuk kawasan konservasi
terestrial diperkirakan mencakup 80% darai luas daratan Kabupaten Raja Ampat.
Diinformasikan 8 kawasan konservasi terestrial yang pengelolaannya menjadi
tanggung jawab Seksi Konservasi Wilayah I Waisai.
III.2
Saran
Sebaiknya kawasan konservasi di
Indonesia terutama Pulau Raja Ampat lebih dilindungi kawasan cagar alamnya
untuk mempertahankan ekosistemnya. Kemudian mata kuliah Konservasi Sumber Daya
Alam sebaiknya dilakukan praktek lapang untuk lebih mendalami konsep konservasi
pada suatu Pulau.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajim, Nanang, 2015. Sumber Daya Alam
Kepulauan Raja Ampat. http://www.mikirbae.com/2015/04/sumber-daya-alam-kepulauan-raja-ampat.html?m=1, diakses pada
tanggal 16 mei, 2016. Makassar.
Arman, Muhammad, 2014. Kawasan Konservasi, di Kabupaten Raja Ampat. http://ksdarajaampat.blogspot.co.id/p/kawasan-konservasi.html, diakses pada
tanggal 16 mei, 2016. Makassar.
Arsalia, Firda, 2012. Kekayaan Sumber
Daya Alam di Raja Ampat Papua. http://firdaaa12.blogspot.co.id/2012/11/kekayaan-sumber-daya-alam-di-raja-ampat.html, diakses pada
tanggal 16 mei, 2016. Makassar.
Chandra, Wahyu, 2013. Mempertahankan
Eksostisme Kepulauan Raja Ampat. http://readersblog.mongabay.co.id/rb/2013/07/02/mempertahankan-eksotisme-kepulauan-raja-ampat/, diakses pada
tanggal 16 mei, 2016. Makassar.
Setiawan, Roni, 2014. Keindahan Dan
Kekayaan Sumber Daya Alam Bawah Laut Raja Ampat. http://www.berbagionline.com/65/keindahan-dan-kekayaan-sumber-daya-alam-bawah-laut-raja-ampat, diakses pada
tanggal 16 mei, 2016. Makassar.