PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu
perkembangan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam
proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara
signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman.
Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam
bentuk kurva/diagram pertumbuhan. Laju
pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena
itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh
ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk
huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap,
bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, dkk., 2009).
Suatu
hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering dijumpai khususnya pada
tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang menunjukkan pertambahan mengikuti
bentuk S dengan waktu, yang dikenal dengan model sigmoid. Biomassa tanaman
mula-mula (pada awal pertumbuhan) meningkat perlahan, kemudian cepat dan
akhirnya perlahan sampai konstan dengan pertambahan umur tanaman (Awalia,
2013).
Sebagai
jawaban dari pertanyaan tersebut beberapa pertanyaan kemudian akan muncul
seperti apakah itu karena factor X,Y dan Z. Apakah itu karena hubungan yang
demikian di antara faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor dan proses atau
hubungan diantara satu dengan faktor lain, hipotatik akan dilahirkan yaitu yang
mendapatkan dukungan paling kuat (sesuai fakta yang tersedia). Faktor dan
hubungan yang ditempatkan tersebut kemudian ditampilkan secara bersama dalam
suatu bentuk bahasa matematik yaitu model matematik (Awalia, 2013).
Hal-hal di ataslah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini dapat
dikerjakan.
I.2.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hingga daun
mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merah Phaseolus vulgaris.
I.3.
Waktu dan Tempat
Percobaan
kurva sigmoid pertumbuhan dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 21 Maret 2014,
pukul 14.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar, dengan pengamatan selama 14 hari, di lantai tiga Gedung Laboratorium
Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertumbuhan
didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada
sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena
organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume,
tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat
kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara
satu sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan
volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan
jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, dkk., 1975).
Pertumbuhan
tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai
suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik,
dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva
sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat
terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa
dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan (Tjitrosomo, 1999).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu, oleh
karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju
tumbuh ordinat dan waktu pada absisi. Maka grafik itu merupakan suatu kurva
berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan
lengkap bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Sujarwati, 2004).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t).
Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada
awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang
menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan
Ross, 1992).
Untuk sistem tanaman suatu kompertemen dapat dianggap sebagai tempat
substrat dan kompertemen lain sebagai tempat produk yang dapat berupa senyawa
organik atau biomassa (berat kering) jaringan, organ atau keseluruhan tumbuhan (Sitompul, 1995).
Reproduksi
dan perkembangan adalah topik yang sangat berhubungan erat. Baik suatu tumbuhan
muncul dari zigot yang dihasilkan secara seksual ataupun melalui reproduksi
vegetatif, perubahannya menjadi sebuah individu baru yang utuh bergantung pada
mekanisme yang membentuk organ seperti daun dan akar, dan membentuk pola khusus
pada sel-sel dan jaringan tertentu di dalam organ tersebut. Perkembangan
(development) adalah penjumlahan seluruh perubahan yang secara progresif
merincikan tubuh organisme (Campbell, dkk., 2010).
Pada setiap
tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan
koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi
dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang
kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme
respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini
mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari
tumbuhan tersebut (Campbell, dkk., 2010).
Yang paling
umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh
dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volumenya, tapi juga dalam bobot,
jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertambahan massa
sering ditentukan dengan cara memanen seluruh tumbuhan atau bagian yang
diinginkan, dan menimbangnya cepat-cepat sebelum air terlalu banyak menguap
dari bahan tersebut (Salisbury dan Ross, 1992).
Pada
tanaman, aktifitas perkembangan yang vital ini banyak yang tumpang tindih.
Pertumbuhan apikal (pada ujung akar dan batang) mendahului morfogenesis dan
deferensiasi. Tetapi pembesaran batang terjadi oleh karena pembesaran sel-sel
setelah morfogenesis dan diferensiasi berlangsung (Kimball, 1992).
Agar
pertumbuhan dapat terjadi, maka laju sintesis molekul yang kompleks dari
organisme itu seperti protein, harus melebih laju perombakannya. Ini berarti
bahwa harus ada tambahan molekul organik (yaitu asam amino, asam lemak,
gliserol dan glukosa) yang diambil oleh organisme itu dari lingkungannya.
Beberapa dari bahan ini merupakan bahan baku dalam reaksi anabolisme, dan
lainnya akan menyediakan energi untuk anabolisme dan molekul-molekul merupakan
bahan baku (Kimball, 1992).
Faktor lingkungan juga penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tidak hanya lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan, tetapi juga banyak faktor
seperti cahaya, temperatur, kelembaban, dan faktor nutrisi mempengaruhi akhir
morfologi dari tanaman. Cahaya meliputi pada lekukan dari batang morfogenesis.
Temperatur, kelembaban,dan nutrisi mempunyai efek yang lebih halus, tetapi juga
mempengaruhi perubahan morfologi ( Ting, 1987).
Dalam proses
fotosintesis, karbondioksida dari udara direduksi menjadi karbon organik.
Zat-zat hara mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam bentuk anorganik
dan digabungkan ke dalam tanaman dan hasilnya. Hanya sejumlah kecil air diserap
yang sebenarnya digabungkan ke dalam tanaman. Pertumbuhan merupakan kenaikan
dalam bahan tanaman, adalah proses total yang mengubah bahan-bahan mentah ini
secara kimia dan menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Selama
tumbuhan masih mampu untuk bertahan hidup, tumbuhan dapat tumbuh tidak terbatas
karena tumbuhan memiliki jaringan embrionik yang selalu tersedia, yang disebut
meristem, pada daerah pertumbuhan. Sel-sel meristematik membelah terus untuk
menghasilkan sel-sel baru. Beberapa produk pembelahan ini tetap berada pada
daerah meristematik untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel, sementara yang
lain menjadi terspesialisasi dan digabungkan ke dalam jaringan dan organ
tumbuhan yang sedang tumbuh. Sel-sel yang tetap berfungsi untuk menghasilkan
sel-sel baru di dalam meristem disebut inisial (initial) atau permulaan.
Sel-sel baru yang digantikan dari meristem, terus membelah selama beberapa
saat, sampai sel-sel yang mereka hasilkan mulai mengalami spesialisasi di dalam
jaringan yang sedang berkembang (Campbell, dkk., 2010).
Pola
pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem. Meristem apikal, berada
pada ujung akar dan pada pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan untuk
tumbuh memanjang. Pemanjangan ini, yang disebut pertumbuhan primer (primary
growth), memungkinkan akar membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk
meningkatkan pemaparannya terhadap cahaya matahari dan karbon dioksida. Pada
herba (bukan tumbuhan berkayu), yang terjadi hanya pertumbuhan primer. Namun demikian,
pada tumbuhan berkayu terdapat juga pertumbuhan sekunder (secondary growth),
yaitu adanya aktivitas penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang
terbentuk sebelumnya oleh pertumbuhan primer. Pertumbuhan sekunder adalah
produk meristem lateral, silinder-silinder yang terbentuk dari sel-sel yang
membelah ke samping di sepanjang akar dan tunas. Meristem lateral ini
menggantikan epidermis dengan jaringan dermis sekunder, seperti kulit, yang
lebih tebal dan keras, dan meristem lateral juga menambahkan lapisan jaringan
pembuluh. Kayu adalah xylem sekunder yang terakumulasi selama bertahun-tahun
(Campbell, dkk., 2010).
Ketika
buah dan biji masak, buah dan biji terlepas dari tumbuhan tempat buah dan biji
ini telah tumbuh dan berkembang. Pada tumbuh-tumbuhan dengan buah-buahan
merekah, biji-bijianlah yang terpencar jauh dan luas sewaktu buah-buahan ini
tumpah atau merekah terbuka. Jika buah-buahan ini tidak merekah, buah-buahan
inilah (bukan biji-bijinya) yang terpencar. Pada beberapa kasus, struktur atau
pola tingkah laku tumbuhan tertentu kemungkinan penyebaran buah-buahan dan
biji-bijian. Buah dan biji ini dapat juga tersebar oleh angin, air, hewan dan
oleh manusia. Jika keadaan memungkinkan, biji-biji ini akan berkecambah dan
akan menimbulkan tumbuh-tumbuhan baru (Tepfer, 1987).
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan
pekembang biakan suatu species. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara
terus-menerus sepanjang daur hidup, tergantung pada tersedianya merisitem,hasil
asimilasi,hormone dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang
mendukung. Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu
fungsi dari genotype X lingkungan (internal dan eksternal). Pertumbuhan itu
lebih mudah digambarkan dari pada di defenisikan. Pertumbuhan berarti
pembelahan sel dan pembesaran sel. Kedua proses ini memerlukan sintesis protein
dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik. Proses differensiasi seringkali
dianggap pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman memerlukan proses differensiasi
(Awalia, 2013).
Laju pertumbuhan relatif (relative growth rate) menunjukkan
peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan
berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung
dari pengukuran yang di ambil pada waktu t1 dan t2 (Susilo,
1991).
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase
utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase
penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada
awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran
organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju
pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai
menua (Srigandono, 1991).
DAFTAR
PUSTAKA
Awalia,
2013. http://mytryanderror.blogspot.com/2013/07/kurva-sigmoid-pertumbuhan.html,
diakses pada hari minggu 23 maret 2014, pukul 22.37 WITA, Makassar.
Campbell,
N. A., J. B., Reece, dan L. G., Mitchel, 2010. Biologi, edisi kedelapan, Jilid
2. Erlangga, Jakarta.
Goldsworthy,
P.R dan N. M. Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Kaufman,
P. B., Labavitch, A. A. Prouty, N.S Ghosheh, 1975. Laboratory Experiment in Plant
Physiology. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Kimball, J.W.,
1992. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Latunra, 2007. Penuntun
Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar, Universitas Hasanuddin.
Maulana, Puri, 2012. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/11/pertumbuhan-dan-perkembangan-pada-tumbuhan.html, diakses pada
hari Kamis 27 Mret 2014, pukul 13.56 WITA, Makassar.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga Edisi Keempat. Erlangga,
Jakarta.
Srigandono, B., 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sitompul, S. M., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.Universitas
Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Susilo,
W., 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sujarwati, 2004. Perkecambahan
dan Pertumbuhan Palem Jepang akibat Perendaman Biji dalam Lumpur. Jurnal Natur Indonesia.
Tepfer,
S., 1989. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 6. Grolier Widyadara,
Jakarta.
Tjitrosomo, G., 1991. Botani umum 2. Angkasa,
Bandung.
Ting, I.P., 1987. Plant Physiology. Addision-
Wesley Publishing Company, California.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarnya tulung!! tentang postingan saya