BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Pertumbuhan
didefinisikan sebagai pertambahan volume secara irreversibel karena banyak
organ tanaman yang telah dewasa mengalami perubahan volume sepanjang siang dan
malam karena perubahan kandungan air turgitasnya. Pada umumnya daerah
pertumbuhan terletak di bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar.
Kebanyakan pertumbuhan terjadi pada fase pendewasaan sel hanya sedikit kenaikan
volumenya (Latunra dkk., 2009).
Pada
umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah meristem apikal dari
tunas dan akar. Pada beberapa jenis tumbuhan, daerah pertumbuhannya terletak
pada bagian atas setiap buku-buku (nodus). Pertumbuhan juga terjadi pada
bagian-bagian lainnya, sebagai contoh, dalam daun dimana sel-sel membesar
sampai pada tingkat tertentu. Pertumbuhan secara lateral terjadi dengan
membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium (Kaufman,
dkk., 1975).
Ujung
akar dan ujung tajuk pembuluh dan tepat di atas nodus tumbuhan monokotil, atau
di dasar daun rerumputan, meristem apikal tajuk dan meristem apikal akar
terbentuk selama proses perekembangan embrio saat pembentukan biji, dan disebut
meristem primer. Kambium pembuluh dan daerah meristematik pada nodus monokotil
daun rerumputan tidak mudah dikenali, kecuali setelah terjadinya perkecambahan,
dinamakan meristem sekunder (Latunra, dkk., 2009).
Hal-hal di ataslah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini dapat
dikerjakan.
I.2.
Tujuan
Tujuan
dilaksanakannya percobaan ini adalah unutk mengamati daerah tumbuh pada akar
dan batang dari kecambah kacang merah Phaseolus
vulgaris.
I.3.
Waktu dan Tempat
Percobaan dareh tumbuh
dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 11 april 2014, pukul 14.00-17.00 WITA,
bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dengan pengamatan selama 5
hari, di lantai tiga Gedung Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertumbuhan adalah
suatu pertambahan dalam ukuran pertambahan dalam ukuran yang bersifat
irreversible. Karena
bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalm volume tetapi juga pertambahan dalam
hal bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tinggkat kerumitan.Proses
pertumbuhan sebagian besar terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel.
Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apical dari tunas
akar. Pada rerumputan dan
monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku
atau nodus. Pertumbuhan jika
terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar
pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk
dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik
(embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi
sel-selnya,bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga
(Fahn, 1992).
Pertumbuhan adalah
proses kenaikan massa dan volume yang irreversible (tidak kembali ke asal)
karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk yang terjadi selama
proses tersebut. Selama pertumbuhan terjadi pertambahan jumlah dan ukuran sel.
Pertumbuhan dapat diukur serta dinyatakan secara
kuantitatif. Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan
atau tingkat yang lebih sempurna. Perkembangan tidak dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar dengan
pertumbuhan (Hasbiah, 2013).
Pertumbuhan adalah
suatu pertambahan dalam ukuran pertambahan dalam ukuran yang bersifat
irreversible. Karena bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalam
volume tetapi juga pertambahan dalam hal bobot, jumlah sel, banyaknya
protoplasma, dan tinggkat kerumitan. Prosespertumbuhan sebagian besar terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel.
Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apikal dari tunas
akar. Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di
bagian atas tiap-tiap buku atau nodus (Fahn, 1992).
Pertumbuhan juga
terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar
pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel
yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk dan
akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik
(embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi
sel-selnya, bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga
(Fahn, 1992).
Pertumbuhan dapat
berarti pertambahan volume ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot,
pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyak protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu
diukur. Teorinya, semua ciri pertumbuhan yang disebutkan tidai bisa diukur,
tetapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan
volume atau massa. Pertambahan volume sering ditentukan dengan cara mengukur
perbesaran kesatu atau dua arah, seperti panjang (misalnya tinggi batang), atau
luas (misalnya luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara pemindahan
air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur
berulang-ulang pada waktu yang berbeda. Pertambahan massa sering ditentukan
dengan cara memanen seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan, dan
menimbangnya cepat-cepat sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut
(Salisbury dan Ross, 1995).
Pembelahan mitotik pada zigot dan
nukleus endosperma menghasilkan biji yang terdiri atas (Kimball, 1992):
1.
Plumula terdiri atas dua daun embrionik, yang akan
menjadi daun-daun sejati yang pertama tumbuhan bibit, dan tunas terminal
(apikal). Tunas ini adalah moristem dan disanalah akan terjadi pertumbuhan batang
yang selanjutnya.
2.
Hipokotil dan radikula, yang masing-masing akan tumbuh
menjadi batang dan akar primer.
3.
Satu atau dua kotiledon, yang menyimpan makanan untuk
digunakan biji yang berkecambah. Angiospermae yang membentuk biji dengan dua
kotiledon disebut dikotil. Kacang merupakan contoh umum. Yang hanya membentuk
satu kotiledon disebut monokotil. Jagung dan rumput-rumputan adalah termasuk
monokotil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan secara luas dapat di kategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan)
dan factor internal (genetik) Dikelompokkan sebagai berikut (Alvionita, 2012):
A. Faktor
Eksternal:
1.
Iklim: Cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin
dan gas.
2.
Edafatik (tanah): tekstur, struktur, bahan organic, dan
kapasitas pertukaran kation.
3.
Biologis: Gulma, serangga, organisme penyebab
penyakit, nematoda, macam- macam tipe herbivore, dan mikro organisme tanah.
B. Faktor
internal:
1.
Ketahanan terhadap tekanan iklim,tanah dan biologis.
2.
Laju fotosintesis.
3.
Respirasi
4.
Klorofil, karotein, dan kandungan pigmen lainnya.
5.
Pembagian hasil asimilasi N.
6.
Tipe dan letak merisitem.
7.
Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan.
8.
Aktivitas enzim.
9.
Pengaruh langsung gen ( Heterosis,epistasi ).
10.
Differensiasi.
Terdapat 2
macam pertumbuhan yaitu (putri, 2012) :
1. Pertumbuhan Primer,
terjadi sebagai hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer. Berlangsung
pada embrio, bagian ujung-ujung dari tumbuhan seperti akar dan
batang. Embrio memiliki 3 bagian penting :
§ tunas
embrionik yaitu calon batang dan daun
§ akar
embrionik yaitu calon akar
§ kotiledon
yaitu cadangan makanan
Pertumbuhan tanaman dapat diukur
dengan alat yang disebut auksanometer. Daerah pertumbuhan pada
akar dan batang berdasar aktivitasnya terbagi menjadi 3 daerah yaitu (Putri,
2012):
§ Daerah
pembelahan sel-sel di daerah ini aktif membelah (meristematik).
§ Daerah
pemanjangan berada di belakang daerah pembelahan,
§ Daerah
diferensiasi bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan.
2. Pertumbuhan
sekunder, aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium gabus.
Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil, gymnospermae dan
menyebabkan membesarnya ukuran (diameter) tumbuhan. Prosesnya yaitu mula-mula
kambium hanya terdapat pada ikatan pembuluh, yang disebut kambium
vasis atau kambium intravasikuler. Fungsinya adalah
membentuk xilem dan floem primer. Selanjutnya parenkim akar/batang yang
terletak di antara ikatan pembuluh, menjadi kambium yang disebut kambium
intervasis. Kambium intravasis dan intervasis membentuk lingkaran tahun
berbentuk konsentris. Kambium yang berada di sebelah dalam jaringan kulit yang
berfungsi sebagai pelindung. Terbentuk akibat ketidakseimbangan antara
permbentukan xilem dan floem yang lebih cepat dari pertumbuhan kulit
dimana ke dalam membentuk feloderm yatu sel-sel hidup dan ke luar membentuk
felem yaitu sel-sel mati.
Peristiwa penting dalam
diferensiasi embrio selama perkecambahan adalah dimulainya perkembangan sel
pengangkut dalam prokambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh berkaitan
dengan berbagai peristiwa fisiologis. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan
dan dikendalikan oleh rangsangan dari sumbu embrio. Gerakan rangsangan itu
nampaknya jauh bersamaan dengan terjadinya hubungan vaskular antara sumbu
dengan keping biji.
Baik pada monokotil maupun dikotil, perkecambahan dapat berjenis hipogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal, keping biji terangkat keatas permukaan tanah oleh sumbu embrio yang memanjang (Hidayat, 1995).
Baik pada monokotil maupun dikotil, perkecambahan dapat berjenis hipogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal, keping biji terangkat keatas permukaan tanah oleh sumbu embrio yang memanjang (Hidayat, 1995).
Pada embrio telah dimulai organisasi
tumbuhan dan susunan jaringannya, yakni protoderm, prokambium, dan moristem
dasar. Embrio adalah struktur bersumbu dengan kutub akar dan kutub batang.
Polaritas ini, yang telah terlihat dalam susunan sitologis sel telur, tetap
menjadi faktor morfogenetik yang dominan dalam diferensiasi kecambah. Efek
polaritas terungkap dengan jelas pada perubahan struktur dan aktivitas
fisiologis dari ujung sumbu yang satu keujung sumbu yang lain. Pada kecambah
dikotil yang tidak memiliki floem internal, jaringan pembuluh hipokotil
disebelah atas terbagi menjadi beberapa berkas yang dapat diikuti hingga keping
biji. Diantara pucuk dan akar terdapat hubungan antara sistem berkas pembuluh
yang silindris pada akar dan sistem berkas pembuluh di hipokotil sebelah atas
(Hidayat, 1995).
Pembelahan mitotik pada zigot dan
nukleus endosperma menghasilkan biji yang terdiri atas (Kimball, 1992) :
a) Plumula
terdiri atas dua daun embrionik, yang akan menjadi daun-daun sejati yang
pertama tumbuhan bibit, dan tunas terminal (apikal). Tunas ini adalah moristem
dan disanalah akan terjadi pertumbuhan batang yang selanjutnya.
b) Hipokotil
dan radikula, yang masing-masing akan tumbuh menjadi batang dan akar primer.
c) Satu atau
dua kotiledon, yang menyimpan makanan untuk digunakan biji yang berkecambah.
Angiospermae yang membentuk biji dengan dua kotiledon disebut dikotil. Kacang
merupakan contoh umum. Yang hanya membentuk satu kotiledon disebut monokotil.
Jagung dan rumput-rumputan adalah termasuk monokotil.
Kacang
merah Phaseolus vulgaris, memilki kulit luar biji yang merupakan bekas
pelekatan dengan tali pusar, biasanya kelihatan kasar dan mempunyai warna yang
berlainan dengan bagian lain kulit biji. Pusar biji jelas kelihatan.
Perkecambahannya terjadi di atas tanah (epigeal), yaitu jika pada
perkecambahan, karena pembentangan ruas batang dibawah daun lembaga, daun
lembaganya lalu terangkat keatas, muncul diatas tanah, daun lembaga kemudian
berubah warna menjadi hijau, dapat digunakan untuk asimilasi, tetapi umurnya
tidak panjang. Daun lembaga itu kemudian gugur, dan sementara itu pada kecambah
telah terbentuk daun-daun normal yang dapat melakukan tugas asimilasi. Bakal
buahnya beruang satu, bakal biji yang beruang satu dapat tersusun atas satu
daun buah saja, putik tunggal, yaitu jika putik hanya tersusun atas sehelai
daun buah saja (Tjitrosoepomo, 1989).
Masuknya
air ke dalam biji-bijian hingga mencapai titik jenuh pada proses perendaman
membutuhkan waktu yang cukup alam. Perendaman biji-bijian pada suhu ruang dengan
waktu yang lama dapat beresiko besar terkontaminasi mikroba dan dapat
berpengaruh terhadap kualitas produk, misalnya warna, rasa dan bau (Agustina,
dkk., 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. Alat
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah toples plastik, lempeng kaca dan
penggaris.
III.2. Bahan
Adapun
bahan dari percobaan ini adalah kacang merah Phaseolus vulgaris, tinta Hi-tech, karet gelang, air da tissue.
III.3. Prosedur Percobaan
Prosedur
percobaan adalah sebagai berikut:
1.
Dikecambahkan biji kacang merah Phaseolus vugaris sebanyak mungkin
selama 14 hari.
2.
Diambil 6 kecambah kacang merah tersebut
dari tempat tumbuhnya dengan hati-hati agar kecambah yang diambil memiliki akar
yang lurus.
3.
Diberi tanda pada ujung akar kecambah
dengan tinta sebanyak 10 garis dengan interval 2 mm sekurang-kurangnya 2
kecambah dan 1 kecambah lagi sebagai kontrol yang diberi tanda hanya 1 garis
dengan interval 2 cm.
4.
Diberi tanda pada batang kecambah dengan
tinta sebanyak 10 garis dengan interval 2 mm sekurang-kurangnya 2 kecambah dan
1 kecambah lagi sebagai kontrol yang diberi tanda hanya 1 garis dengan interval
2 cm.
5.
Diletakkan kecambah dengan kedudukan
tegak pada lempeng kaca yang telah dibalut tissue dengan menggunakan karet
gelang.
6.
Dimasukkan lempeng-lempeng kaca yang
telah ditempeli kecambah ke dalam toples yang telah berisi sedikit air,
kemudian ditempatkan topels tersebut di tempat gelap.
7.
Diukur jarak masing-masing interval pada
setiap kecambah yang bertindak sebagai perlakuan setelah 24 jam dan
dibandingkan dengan jarak interval pada kecambah yang bertindak sebagai kontrol
8.
Dicatat perubahan yang diamati setiap
hari selama 5 hari dan dimasukkan ke dalam tabel pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,
N., Sri, W., Warji, Tamrin, 2013. Pengaruh
Perendaman terhadap Koefisien Difusi dan Sifat Fisik Kacang Merah Phaseolus
vulgaris. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol 2 (35-42).
Alvionita,
Finny, 2012. http://phyovhyo.wordpress.com/2012/03/09/daerah-tumbuh/,
diakses pada hari selasa 15 april 2014, pukul 08. 15 WITA.
Fahn,
Albert, 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke III. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Hasbiah,
2013. http://kaiean.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-spt-ii-daerah-tumbuh.html,
diakses pada hari selasa 15 april 2014, pukul 08.14 WITA.
Hidayat,
E.B., 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Kaufman,
P. B., Labavitch, A. A. Prouty, N.S Ghosheh, 1975. Laboratory Experiment in Plant
Physiology. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Kimball,
J.W., 1992. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Latunra, A. I., Eddyman, W. F., dan Ellis, T., 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan II. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pramono, A., 2012. http://brewoktea.blogspot.com/2012/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan.html,
diakses pada hari selasa 15 april 2014, pukul 09.18 WITA.
Putri, A. H., 2012. http://mimetakamine.blogspot.com/2012/11/cahaya-dan-pertumbuhan.html, diakses pada hari minggu 13 april 2014, pukul 10.55. WITA.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga Edisi Keempat. Erlangga,
Jakarta.
Tjitrosoepomo,
G., 1989. Morfologi Tumbuhan.
Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarnya tulung!! tentang postingan saya