Kamis, 15 Mei 2014

Percobaan Daerah Tumbuh

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
            Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan volume secara irreversibel karena banyak organ tanaman yang telah dewasa mengalami perubahan volume sepanjang siang dan malam karena perubahan kandungan air turgitasnya. Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak di bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar. Kebanyakan pertumbuhan terjadi pada fase pendewasaan sel hanya sedikit kenaikan volumenya (Latunra dkk., 2009).
Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar. Pada beberapa jenis tumbuhan, daerah pertumbuhannya terletak pada bagian atas setiap buku-buku (nodus). Pertumbuhan juga terjadi pada bagian-bagian lainnya, sebagai contoh, dalam daun dimana sel-sel membesar sampai pada tingkat tertentu. Pertumbuhan secara lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium (Kaufman, dkk., 1975).
Ujung akar dan ujung tajuk pembuluh dan tepat di atas nodus tumbuhan monokotil, atau di dasar daun rerumputan, meristem apikal tajuk dan meristem apikal akar terbentuk selama proses perekembangan embrio saat pembentukan biji, dan disebut meristem primer. Kambium pembuluh dan daerah meristematik pada nodus monokotil daun rerumputan tidak mudah dikenali, kecuali setelah terjadinya perkecambahan, dinamakan meristem sekunder (Latunra, dkk., 2009).
Hal-hal di ataslah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini dapat dikerjakan.
I.2. Tujuan
            Tujuan dilaksanakannya percobaan ini adalah unutk mengamati daerah tumbuh pada akar dan batang dari kecambah kacang merah Phaseolus vulgaris.
I.3. Waktu dan Tempat
Percobaan dareh tumbuh dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 11 april 2014, pukul 14.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dengan pengamatan selama 5 hari, di lantai tiga Gedung Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan adalah suatu pertambahan dalam ukuran pertambahan dalam ukuran yang bersifat irreversible. Karena bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalm volume tetapi juga pertambahan dalam hal bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tinggkat kerumitan.Proses pertumbuhan sebagian besar terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel. Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apical dari tunas akar. Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku atau nodus. Pertumbuhan jika terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi sel-selnya,bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga (Fahn, 1992).
Pertumbuhan adalah proses kenaikan massa dan volume yang irreversible (tidak kembali ke asal) karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk yang terjadi selama proses tersebut. Selama pertumbuhan terjadi pertambahan jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan dapat diukur serta dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna. Perkembangan tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar dengan pertumbuhan (Hasbiah, 2013).
Pertumbuhan adalah suatu pertambahan dalam ukuran pertambahan dalam ukuran yang bersifat irreversible. Karena bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalam volume tetapi juga pertambahan dalam hal bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tinggkat kerumitan. Prosespertumbuhan sebagian besar terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel. Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apikal dari tunas akar. Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku atau nodus (Fahn, 1992).
Pertumbuhan juga terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi sel-selnya, bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga (Fahn, 1992).
Pertumbuhan dapat berarti pertambahan volume ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyak protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Teorinya, semua ciri pertumbuhan yang disebutkan tidai bisa diukur, tetapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Pertambahan volume sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran kesatu atau dua arah, seperti panjang (misalnya tinggi batang), atau luas (misalnya luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulang-ulang pada waktu yang berbeda. Pertambahan massa sering ditentukan dengan cara memanen seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan, dan menimbangnya cepat-cepat sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut (Salisbury dan Ross, 1995).
Pembelahan mitotik pada zigot dan nukleus endosperma menghasilkan biji yang terdiri atas (Kimball, 1992):
1.      Plumula terdiri atas dua daun embrionik, yang akan menjadi daun-daun sejati yang pertama tumbuhan bibit, dan tunas terminal (apikal). Tunas ini adalah moristem dan disanalah akan terjadi pertumbuhan batang yang selanjutnya.
2.      Hipokotil dan radikula, yang masing-masing akan tumbuh menjadi batang dan akar primer.
3.      Satu atau dua kotiledon, yang menyimpan makanan untuk digunakan biji yang berkecambah. Angiospermae yang membentuk biji dengan dua kotiledon disebut dikotil. Kacang merupakan contoh umum. Yang hanya membentuk satu kotiledon disebut monokotil. Jagung dan rumput-rumputan adalah termasuk monokotil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan secara luas dapat di kategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan factor internal (genetik) Dikelompokkan sebagai berikut (Alvionita, 2012):
A.    Faktor Eksternal:
1.      Iklim: Cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas.
2.      Edafatik (tanah): tekstur, struktur, bahan organic, dan kapasitas pertukaran kation.
3.      Biologis: Gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda, macam- macam tipe herbivore, dan mikro organisme tanah.
B.     Faktor internal:
1.      Ketahanan terhadap tekanan iklim,tanah dan biologis.
2.      Laju fotosintesis.
3.       Respirasi
4.      Klorofil, karotein, dan kandungan pigmen lainnya.
5.      Pembagian hasil asimilasi N.
6.      Tipe dan letak merisitem.
7.      Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan.
8.      Aktivitas enzim.
9.      Pengaruh langsung gen ( Heterosis,epistasi ).
10.  Differensiasi.
Terdapat 2 macam pertumbuhan yaitu (putri, 2012) :
1.      Pertumbuhan Primer, terjadi sebagai hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer. Berlangsung pada embrio, bagian ujung-ujung dari tumbuhan seperti akar dan batang. Embrio memiliki 3 bagian penting :
§  tunas embrionik yaitu calon batang dan daun
§  akar embrionik yaitu calon akar
§  kotiledon yaitu cadangan makanan
Pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan alat yang disebut auksanometer. Daerah pertumbuhan pada akar dan batang berdasar aktivitasnya terbagi menjadi 3 daerah yaitu (Putri, 2012):
§  Daerah pembelahan sel-sel di daerah ini aktif membelah (meristematik).
§  Daerah pemanjangan berada di belakang daerah pembelahan,
§  Daerah diferensiasi bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan.
2.      Pertumbuhan sekunder, aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil, gymnospermae  dan menyebabkan membesarnya ukuran (diameter) tumbuhan. Prosesnya yaitu mula-mula kambium hanya terdapat pada ikatan pembuluh, yang disebut kambium vasis atau kambium intravasikuler. Fungsinya adalah membentuk xilem dan floem primer. Selanjutnya parenkim akar/batang yang terletak di antara ikatan pembuluh, menjadi kambium yang disebut kambium intervasis. Kambium intravasis dan intervasis membentuk lingkaran tahun berbentuk konsentris. Kambium yang berada di sebelah dalam jaringan kulit yang berfungsi sebagai pelindung. Terbentuk akibat ketidakseimbangan antara permbentukan xilem dan floem yang lebih cepat dari pertumbuhan kulit  dimana ke dalam membentuk feloderm yatu sel-sel hidup dan ke luar membentuk felem yaitu sel-sel mati.
Peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan adalah dimulainya perkembangan sel pengangkut dalam prokambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologis. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan dari sumbu embrio. Gerakan rangsangan itu nampaknya jauh bersamaan dengan terjadinya hubungan vaskular antara sumbu dengan keping biji.
Baik pada monokotil maupun dikotil, perkecambahan dapat berjenis hipogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal, keping biji terangkat keatas permukaan tanah oleh sumbu embrio yang memanjang (Hidayat, 1995).
Pada embrio telah dimulai organisasi tumbuhan dan susunan jaringannya, yakni protoderm, prokambium, dan moristem dasar. Embrio adalah struktur bersumbu dengan kutub akar dan kutub batang. Polaritas ini, yang telah terlihat dalam susunan sitologis sel telur, tetap menjadi faktor morfogenetik yang dominan dalam diferensiasi kecambah. Efek polaritas terungkap dengan jelas pada perubahan struktur dan aktivitas fisiologis dari ujung sumbu yang satu keujung sumbu yang lain. Pada kecambah dikotil yang tidak memiliki floem internal, jaringan pembuluh hipokotil disebelah atas terbagi menjadi beberapa berkas yang dapat diikuti hingga keping biji. Diantara pucuk dan akar terdapat hubungan antara sistem berkas pembuluh yang silindris pada akar dan sistem berkas pembuluh di hipokotil sebelah atas (Hidayat, 1995).
Pembelahan mitotik pada zigot dan nukleus endosperma menghasilkan biji yang terdiri atas (Kimball, 1992) :
a)      Plumula terdiri atas dua daun embrionik, yang akan menjadi daun-daun sejati yang pertama tumbuhan bibit, dan tunas terminal (apikal). Tunas ini adalah moristem dan disanalah akan terjadi pertumbuhan batang yang selanjutnya.
b)      Hipokotil dan radikula, yang masing-masing akan tumbuh menjadi batang dan akar primer.
c)      Satu atau dua kotiledon, yang menyimpan makanan untuk digunakan biji yang berkecambah. Angiospermae yang membentuk biji dengan dua kotiledon disebut dikotil. Kacang merupakan contoh umum. Yang hanya membentuk satu kotiledon disebut monokotil. Jagung dan rumput-rumputan adalah termasuk monokotil.
Kacang merah Phaseolus vulgaris, memilki kulit luar biji yang merupakan bekas pelekatan dengan tali pusar, biasanya kelihatan kasar dan mempunyai warna yang berlainan dengan bagian lain kulit biji. Pusar biji jelas kelihatan. Perkecambahannya terjadi di atas tanah (epigeal), yaitu jika pada perkecambahan, karena pembentangan ruas batang dibawah daun lembaga, daun lembaganya lalu terangkat keatas, muncul diatas tanah, daun lembaga kemudian berubah warna menjadi hijau, dapat digunakan untuk asimilasi, tetapi umurnya tidak panjang. Daun lembaga itu kemudian gugur, dan sementara itu pada kecambah telah terbentuk daun-daun normal yang dapat melakukan tugas asimilasi. Bakal buahnya beruang satu, bakal biji yang beruang satu dapat tersusun atas satu daun buah saja, putik tunggal, yaitu jika putik hanya tersusun atas sehelai daun buah saja (Tjitrosoepomo, 1989).
Masuknya air ke dalam biji-bijian hingga mencapai titik jenuh pada proses perendaman membutuhkan waktu yang cukup alam. Perendaman biji-bijian pada suhu ruang dengan waktu yang lama dapat beresiko besar terkontaminasi mikroba dan dapat berpengaruh terhadap kualitas produk, misalnya warna, rasa dan bau (Agustina, dkk., 2013).


BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
            Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah toples plastik, lempeng kaca dan penggaris.
III.2. Bahan
            Adapun bahan dari percobaan ini adalah kacang merah Phaseolus vulgaris, tinta Hi-tech, karet gelang, air da tissue.
III.3. Prosedur Percobaan
            Prosedur percobaan adalah sebagai berikut:
1.      Dikecambahkan biji kacang merah Phaseolus vugaris sebanyak mungkin selama 14 hari.
2.      Diambil 6 kecambah kacang merah tersebut dari tempat tumbuhnya dengan hati-hati agar kecambah yang diambil memiliki akar yang lurus.
3.      Diberi tanda pada ujung akar kecambah dengan tinta sebanyak 10 garis dengan interval 2 mm sekurang-kurangnya 2 kecambah dan 1 kecambah lagi sebagai kontrol yang diberi tanda hanya 1 garis dengan interval 2 cm.
4.      Diberi tanda pada batang kecambah dengan tinta sebanyak 10 garis dengan interval 2 mm sekurang-kurangnya 2 kecambah dan 1 kecambah lagi sebagai kontrol yang diberi tanda hanya 1 garis dengan interval 2 cm.
5.      Diletakkan kecambah dengan kedudukan tegak pada lempeng kaca yang telah dibalut tissue dengan menggunakan karet gelang.
6.      Dimasukkan lempeng-lempeng kaca yang telah ditempeli kecambah ke dalam toples yang telah berisi sedikit air, kemudian ditempatkan topels tersebut di tempat gelap.
7.      Diukur jarak masing-masing interval pada setiap kecambah yang bertindak sebagai perlakuan setelah 24 jam dan dibandingkan dengan jarak interval pada kecambah yang bertindak sebagai kontrol
8.      Dicatat perubahan yang diamati setiap hari selama 5 hari dan dimasukkan ke dalam tabel pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N., Sri, W., Warji, Tamrin, 2013. Pengaruh Perendaman terhadap Koefisien Difusi dan Sifat Fisik Kacang Merah Phaseolus vulgaris. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol 2 (35-42).
Alvionita, Finny, 2012. http://phyovhyo.wordpress.com/2012/03/09/daerah-tumbuh/, diakses pada hari selasa 15 april 2014, pukul 08. 15 WITA.
Fahn, Albert, 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke III. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hasbiah, 2013. http://kaiean.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-spt-ii-daerah-tumbuh.html, diakses pada hari selasa 15 april 2014, pukul 08.14 WITA.
Hidayat, E.B., 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Kaufman, P. B., Labavitch, A. A. Prouty, N.S Ghosheh, 1975. Laboratory Experiment in Plant Physiology. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Kimball, J.W., 1992.  Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Latunra, A. I., Eddyman, W. F., dan Ellis, T., 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pramono, A., 2012. http://brewoktea.blogspot.com/2012/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan.html, diakses pada hari selasa 15 april 2014, pukul 09.18 WITA.
Putri, A. H., 2012. http://mimetakamine.blogspot.com/2012/11/cahaya-dan-pertumbuhan.html, diakses pada hari minggu 13 april 2014, pukul 10.55. WITA.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G., 1989. Morfologi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentarnya tulung!! tentang postingan saya