BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Polusi udara kota di
beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan. Beberapa hasil
penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan,
termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga
kota yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma,
maupun kanker paru-paru akibat polusi udara kota. Meskipun sesekali telah turun
hujan langit di kota-kota besar di Indonesia tidak biru lagi. Udara kota telah
dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita
penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran
pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit
diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita
penyakit asma dan kanker paru-paru (Nurfadillah,
2013).
Polusi
dapat berupa emisi gas ataupun berupa partikulat. Selain itu, polusi juga dapat
berupa energi panas atau radiasi sinar, dan kebisingan. Salah satu partikulat
dari emisi kendaraan bermotor adalah timbal (Pb). Pencemaran Pb di udara dapat
mengganggu kondisi fisik dan mental manusia, sehingga perlu penanganan secara
serius. Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran adalah dengan konsep
pertamanan. Tanaman merupakan komponen utama lanskap (Ariwulan, 2012).
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi
dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini dapat dikerjakan.
I.2.
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah
mengetahui pengaruh gas polutan terhadap struktur stomata daun.
I.3.
Waktu dan Tempat
Percobaan
pengaruh pencemaran udara terhadap pertumbuhan dilaksanakan pada hari jumat,
tanggal 25 april 2014, pukul 14.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium
Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau
lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti (Nurfadillah, 2013).
Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat
berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran
udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan
dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global
atau tidak langsung dalam kurun waktu lama (Nurfadillah, 2013).
Pencemar
udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder.
Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara. Karbon monoksida adalah
sebuah contoh dari pencemar udara primer karena merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar
sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer.
Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari
pencemaran udara sekunder (Ariwulan, 2012).
Secara umum definisi udara
tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal
dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat
berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran
udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan
dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global
atau tidak langsung dalam kurun waktu lama (Ariwulan, 2012).
Pencemaran udara disebabkan oleh asap
buangan, misalnya gas CO2 hasil
pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok (Nurfadillah, 2013).
1. CO2
Pencemaran udara yang paling
menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu
berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil (batubara,
minyak bumi), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu.
Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera diubah menjadi oksigen oleh
tumbuhan karena banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang. Sebagaimana
diuraikan diatas, hal demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.
2. CO
Di lingkungan rumah dapat pula
terjadi pencemaran. Misalnya, menghidupkan mesin mobil di dalam garasi
tertutup. Jika proses pembakaran di mesin tidak sempurna, maka proses
pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar memenuhi
ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut. Selain
itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan tertutup juga
berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil, sehingga
dapat menyebabkan kematian.
3. CFC
Pencemaran udara yang berbahaya
lainnya adalah gas khloro fluoro karbon (disingkat CFC). Gas CFC digunakan
sebagai gas pengembang, karena tidak beraksi, tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak berbahaya. Gas ini dapat digunakan misalnya untuk mengembangkan busa
(busa kursi), untuk AC (freon), pendingin pada almari es, dan penyemprot rambut
(hair spray).
Gas CFC yang membumbung tinggi dapat mencapai
stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3). Lapisan ozon ini
merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau tidakl ada
lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan
kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik,
menyebebkan kanker kulit atau kanker retina mata. Jika gas CFC mencapai ozon,
akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut
“berlubang” yang disebut sebagai “lubang” ozon. Menurut pengamatan melalui
pesawat luar angkasa, lubang ozon di kutub Selatan semakin lebar. Saat ini
luasnya telah melebihi tiga kali luas benua Eropa. Karena itu penggunaan AC
harus dibatasi.
4. SO, SO2
Gas belerang oksida (SO, SO2)
di udara juga dihasilkan oleh pembakaran fosil (minyak, batubara). Gas tersebut
dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang menyebabkan air
hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam.
Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah
mati. Produksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat.
Bangunan-bangunan kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian
pula bangunan gedungdan jembatan.
5. Asap Rokok
Polutan udara yang lain yang
berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok. Asap rokok mengandung berbagai
bahan pencemar yang dapat menyababkan batuk kronis, kanker patu-paru,
mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.
Tanaman mampu
mengabsorpsi beberapa jenis polutan dengan efektif, sehingga dapat berperan
dalam membersihkan atmosfer dari polusi. Polutan terabsorpsi terikut dalam
proses metabolisme. Namun demikian, keefektivan tanaman dalam menyerap polutan
akan semakin berkurang dengan peningkatan konsentrasi polutan. Dampak
lanjutannya adalah terganggunya fungsi tanaman dalam lingkungan. Dengan
demikian, ketahanan tanaman terhadap tingkat polutan menjadi faktor yang penting
dalam pemilihan jenis tanaman pereduksi Pb di udara (Salisbury, dan Ross, 1995).
Tumbuhan yang hidup di
daerah tercemar memiliki mekanisme pe-nyesuaian yang membuat polutan menjadi
nonaktif dan disimpan di dalam jaringan tua sehingga tidak membahayakan
pertumbuhan dan kehidupan tumbuhan. Polutan tersebut akan memberi pengaruh jika
dikeluarkan melalui metabolisme jaringan atau jika tumbuhan tersebut
dikonsumsi. Pemberian polutan dapat merangsang kemampuannya untuk bertahan pada
tingkat yang lebih toksik (Dwidjoseputro, 1986).
Kondisi udara yang
terpolusi akan mempengaruhi lingkungan, termasuk vegetasi pada lanskap yang
ditanam untuk menjerap polutan. Sebagian besar bahan-bahan pencemar udara
mempengaruhi tanaman melalui daun. Jaringan daun terdiri dari epidermis,
mesofil, dan berkas pembuluh. Mekanisme tanaman untuk bertahan dari zat
pencemar udara adalah melalui pergerakan membuka dan menutup stomata dan proses
detoksifikasi. Masuknya partikel Pb ke dalam jaringan daun karena ukuran
stomata daun yang cukup besar dan ukuran partikel Pb yang lebih kecil daripada
ukuran stomata. Timbal (Pb) masuk ke dalam daun melalui proses penjerapan
pasif. Akumulasi Pb di dalam jaringan daun akan lebih besar daripada bagian
lainnya (Salisbury dan Ross, 1995).
Partikel yang menempel
pada permukaan daun berasal dari tiga proses yaitu (Salisbury dan Ross, 1995):
1. sedimentasi
akibat gaya gravitasi
2. tumbukan
akibat turbulensi angin
3. pengendapan
yang berhubungan dengan hujan. Celah stomata mempunyai panjang sekitar 10 μm
dan lebar antara 2 –7 μm. Oleh karena ukuran Pb yang demikian kecil, yaitu
kurang dari 4 μm dan rerata 0,2 μm maka partikel akan masuk ke dalam daun lewat
celah stomata serta menetap dalam jaringan daun dan menumpuk di antara celah
sel jaringan pagar/polisadedan atau jaringan bunga karang/spongi tissue.
Beberapa perubahan yang
terjadi pada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai indikator pencemaran antara
lain perkecambahan, perubahan morfologi, perubahan biokemis dan
fisiologi. Yunus dan Ahmad (1980) telah mengamati bahwa daun
tumbuhan di daerah yang tercemar oleh debu dari pabrik semen mempunyai
kerapatan stomata dan trichomata yang tinggi, sel epidermis dan ukuran
trichomata lebih kecil dibandingkan dengan bila tidak tercemar (Ariwulan,
2012).
Daun merupakan suatu bagian
tumbuhan yang penting. Daun biasanya tipis, melebar,kaya akan suatu zat warna
hijau yang dinamakan klorofil. Daun memiliki beberapa fungsi antara lain : pengambilan zat-zat makanan
(resorbsi),pengolahan zat-zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi), pernafasan (respirasi). Air beserta
garam-garam diambil dari tanah oleh akar tumbuhan, sedangkan gas asam arang CO2 yang merupakan zat makanan pula bagi
tumbuhan diambil dari udara melalui celah-celah yang halus yang disebut mulut
daun (stoma) masuk kedalam daun (Tjitrosoepomo, 2005).
Stomata berasal dari bahasa
Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah
lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis
khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell), dimana sel penutup tersebut
adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami kejadian perubahan bentuk dan
fungsi yang dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya
(Kartasaputra, 1988).
Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang,
daun dan organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai
jaringan, seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis
dan jaringan pengangkut (Rompas, Dkk., 2011).
Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang
berhubungan dengan udara terutama di daun, batang dan rizoma (Fahn 1991).
Stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa spesies
tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun. Ada pula tumbuhan
yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daun, misalnya pada bunga lili
air. Bentuk atau tipe stomata dibedakan atas 4 yaitu anomositik, anisositik,
parasitik dan diasitik (Rompas, dkk.,)
Menurut fungsi, bentuk, ukuran dan susunan sel-sel epidermis
tidaklah sama atau berbeda pada berbagai jenis tumbuhan, demikian juga dengan
bentuk atau tipe stomata (Fahn 1991). Walaupun berbeda epidermisnya, semua
epidermis tersusun rapat satu sama lain dan membentuk bangunan padat tanpa
ruang antar sel (Rompas, dkk., 2011).
Setiap jenis tumbuhan mempunyai struktur sel epidermis yang
berbeda. Perbedaan struktur sel epidermis yang dimaksud dapat berupa bentuk dan
susunan sel epidermis, letak atau kedudukan stomata terhadap sel tetangga, arah
membukanya stomata, bentuk stomata, jumlah sel epidermis dan stomata, jarak
antara stomata dan panjang sel epidermis dan stomata (Rompas, dkk.,).
Stomata pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan
yang berwarna hijau, terutama sekali pada daun-daun tanaman. Pada submerged
aquatic plant atau tumbuhan yang hidup dibawah permukaan air terdapat alat-alat
yang strukturnya mirip dengan stomata, padahal alat-alat tersebut bukanlah
stomata. Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata terdapat pada satu
permukaannya saja (Kartasaputra, 1988).
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari
terbit dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis
pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan penutupan
berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika
tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada tumbuhan dikotil, berdasarkan
susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup dibedakan menjadi empat
tipe stomata, yaitu (Nurfadillah, 2013) :
1)
Anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel
yang tidak beda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Umum pada
Ranuculaceae, Cucurbitaceae, Malvaceae.
2)
Anisositik, sel penutup diiringi 3 buah
sel tetangga yang tidak sama besar. Misalnya pada Cruciferae, Nicotiana,
Solanum.
3)
Parasitik, setiap sel penutup diiringi
sebuah sel tetangga/lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu
sel penutup serta celah. Pada Rubiaceae, Magnoliaceae, Convolvulaceae,
Mimosaceae.
4)
Diasitik, setiap stoma dikelilingi oleh
2 sel tetangga yang tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah.
Pada Caryophylaceae, Acanthaceae.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariwulan,
D., R., 2012. Pengaruh Pencemaran Udara.
http://nightray13-kuro.blogspot.com/2012/05/spt-2-perc5-pengaruh-pencemaran-udara.html, diakses pada
hari minggu 27 april 2014, pukul 19.34 WITA.
Dwidjoseputro,
D., 1986. Pengantar Fisiologi
Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kartasaputra,
A. G., 1988. Pengantar
Anatomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Bina Aksara, Jakarta.
Nurfadillah, A.,
2013. Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap
Pertumbuhan http://anurfadlilah.tumblr.com/post/48598886317/pengaruh-pencemaran-udara-terhadap-pertumbuhan,
diakses pada hari minggu 27 april 2014 pukul 20.00 WITA.
Rompas,
Y., Rampe, L. H., Rumondor J. M., 2011. Struktur
Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurusan
Biologi fakultas MIPA, Universitas sam Ratulangi Manado, Jurnal Bioslogos. Vol 1 (13-19).
Salisbury, F. B.,
dan Cleon W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.
ITB Press, Bandung.
Tjitrosoepomo, Gembong, 2005. Morfologi Tumbuhan. UGM Press, Yogyakarta.
Yanis,
2012. Jaringan Tumbuhan dan Stomata Daun. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://belajar-pintaryanis.blogspot.com/2012/04/jaringan-tumbuhan.html, diakses pada
hari minggu 27 april 2014, pukul 22.20 WITA.
terima kasih..
BalasHapussama2. semoga informasinya bermanfaat :)
BalasHapus