BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Salah satu ciri
makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah
dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat
diukur atau suatu peningkatan dalam berat atau ukuran dari seluru/sebagian dari
organisme, sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar atau peningkatan kemahiran
dalam penggunaan tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang
saling berhubungan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pekembangan tumbuhan. Faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi 2, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang meliputi faktor genetis (hereditas) dan factor fisiologis, sedangkan
faktor eksternal atau faktor lingkungan merupakan faktor yang berasal dari luar
tubuh tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau ekosistem. Salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah cahaya
(Naufal, 2013).
Perkembangan
memerlukan suhu yang cocok, banyaknya ir yang memadai, dan persediaan oksigen
yang cukup. Periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan
banyak biji sebagai contoh, biji buah apel hanya dapat berkecambah setelah masa
dingin yang lama. Ada bukti bahwa perkecambahan kimia terbentuk di dalam
bijinya ketika terbentuk. Pencegahan ini lambat laun akan dipecah pada suhu
rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi
lainnya membaik (Latunra dkk., 2009).
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi
dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini dapat dikerjakan.
I.2.
Tujuan
Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh cahaya terhadap perkembangan
kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus
dalam gelap dan terang.
I.3.
Waktu dan Tempat
Percobaan
perkembangan kecambah dalam gelap dan terang dilaksanakan pada hari jumat,
tanggal 04 april 2014, pukul 14.30-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium
Botani, Jurusan Biologi, fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar dengan pengamatan selama 7 hari, di lantai 3
Gedung Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertumbuhan
adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat balik)
karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel, dapat pula
disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan
dinyatakan secara kuantitatif. Tumbuhan bertambah tinggi dan besar disebabkan
oleh dua hal. Pertama, pertambahan jumlah sel sebagai
hasil pembelahan mitosis pada meristem (titik tumbuh) di titik
tumbuh primer dan sekunder. Kedua, pertambahan komponen-komponen seluler dan
adanya diferensiasi sel. Misalnya penyerapan air ke dalam
vakuola yang menyebabkan sel membesar serta terbentuknya
jaringan, organ, dan individu melalui proses diferensiasi sel dan atau / spesialisasi (Naufal, 2013).
Tumbuhan
yang masih kecil, belum lama muncul dari biji dan masih hidup dari persediaan
makanan yang terdapat di dalam biji, dinamakan kecambah (plantula). Awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa
dormansi. Masa dormansi adalah berhentinya pertumbuhan pada tumbuhan
dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Berakhirnya masa dormansi
ditandai dengan dengan masuknya air ke dalam biji suatu tumbuhan, yang disebut
dengan proses imbibisi. Imbibisi
terjadi karena penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang
kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit
pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan
biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna
bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan
nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh.Biji dapat
berkecambah karena di dalamnya terdapat embrio atau lembaga tumbuhan. Embrio
atau lembaga tumbuhan mempunyai tiga bagian, yaitu akar lembaga/calon akar
(radikula), daun lembaga (kotiledon), dan batang lembaga (kaulikulus) (Rizki,
2012).
Pada proses
pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot tubuh peningkatan
jumlah sel dan protoplasma. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan bukan
merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur. Perkembangan pada tumbuhan
diawalai sejak terjadi fertilisasi. Calon Tumbuhan akan berubah bentuk dari
sebuah telur yang dibuahi menjadi zigot, embrio, dan akhirnya menjadi sebatang
pohon. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan
aktivitas sintetis bahan mentah (bahan baku) berupa molekul sederhana dan
molekul kompleks. Tahapan yang dilalui selama melangsungkan proses tersebut
adalah sebagai berikut (Saktionon, 2006):
1.
Tahap pembelahan sel, yaitu sel induk membelah menjadi
beberapa sel anak.
2.
Tahap pembentangan, yaitu pembesaran atau peningkatan
volume sel anak. Pada sel tumbuhan, peningkatan tersebut biasanya
disebabkanoleh penyerapan air kedalam vakuola.
3.
Tahap pematangan, yaitu perkembangan sel anak yang
telah mencapai ukuran tertentu menjadi bentuk khusus (terspesialisasi) melalui
proses diferensiasi. Pada akhirnya terbentuk jaringan, organ, dan individu.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media
lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut
tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari
tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi
membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak
(Latunra, 2009).
Mengukur pertumbuhan diperlukan pengukuran volume pertumbuhan. Volume
pertumbuhan sangat bergantung terhadap perubahan status air di dalam
pertumbuhan. Dua pertumbuhan yang sama pertumbuhannya, dapat berbeda volumenya
jika yang satu diukur dalam keadaan turgor dan yang lain diukur dalam keadaan
layu. Oleh karena itu, pengukuran pertumbuhan sering dilakukan dengan mengukur
panjang, lebar, dan luas (Latunra, 2009).
Perkembangan bakal biji terbagi atas perkembangan
endosperm, perkembangan embrio, dan struktur biji yang matang. Pada
perkembangan endosperm, endosperm tumbuh dan berkembang lebih dahulu
dibandingkan pertumbuhan dan perkembangan embrio. Endosperm kaya akan cadangan
makanan. Cadangan makanan tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
embrio (Aryulina, 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan embrio diawali dengan
pembelahan zigot secara mitosis menghasilkan sel basal dan sel terminal. Sel
basal berkembang menjadi suspensor yang berfungsi sebagai penghubung antara
embrio dan kulit bakal biji, serta mengalirkan nutrisi dari tumbuhan induk atau
endosperm. Sel terminal berkembang menjadi proembrio yang melekat pada
suspensor. Embrio berkembang membentuk ujung batang dan ujung akar (Aryulina,
2007).
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor
eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses
perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun
faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur perkecambahan di
pengaruhi oleh hormon auksin, jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap
maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon
auksin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata.
Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu
juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena
cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas (Nurfadilah, 2014).
Istilah
auksin berasal dari bahasa yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan.
Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di
negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum
dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kerah cahaya.
Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini
banyak ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui
pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi
yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin
yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA) dan
beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun tumbuhan
mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan menyebabkan
banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap
sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam
fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro, 1992).
Para
ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam proses pembentukan akar
lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan system tajuk.
Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh
pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup, yang mengandung banyak
auksin, dipangkas maka jumlah pembentukan akar sampling akan berkurang. Bila
hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar
sering terjadi kembali (Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin
juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu,
misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar
terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu
lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering
terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah
tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar.
Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari
pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).
Dalam
kultur jaringan ada 2 golongan ZPT yang sangat penting, yaitu sitokinin dan
auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam
kultur jaringan. Auksin banyak digunakan dalam kultur jaringan untuk
perpanjangan sel, pembentukan akar adventif, dan menghambat pembentukan tunas
adventif dan tunas ketiak, sedang NAA (1-naphtalene acetic acid) adalah ZPT
yang termasuk dalam golongan auksin. Sitokinin
adalah senyawa turunan adenine dan berperan dalam pengaturan pembelahan sel dan
morfogenesis. Sitokinin digunakan untuk merangsang terbentuknya tunas,
berpengaruh dalam metabolisme sel, dan merangsang sel dorman serta aktivitas
utamanya adalah mendorong pembelahan sel. Menurut Hu dan Wang (1983), George
dan Sherington (1993), pada kultur jaringan, sitokinin berperan dalam mendorong
pembelahan sel atau jaringan yang digunakan sebagai eksplan dan merangsang perkembangan
pucuk-pucuk tunas. Dalam perbanyakan in vitro, sitokinin digunakan untuk
mengatasi dormansi apikal dan mempertinggi percabangan tunas lateral dari
ketiak daun (Karjadi dan Buchory, 2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
nampan, penggaris, lidi dan wadah.
III.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah kacang hijau Phaseolus radiatus,
kapas, koran, dan air.
III.3. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur dari percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1.
Direndam biji
yang banyak sebanyak 30 biji di dalam
air selama 10 menit.
2.
Dipilih biji
kacang hijau yang tidak mengapung di air yang menandakan kualitasnya baik dan
cocok.
3.
Disiapkan 2 buah
nampan yang telah diisi dengan koran dan kapas di dasarnya.
4.
Ditaruh 15 biji
kacang hijau di atas nampan dan diberi jarak yang sama.
5.
Ditempatkan 1
buah nampan di tempat terang dan 1 buah nampan di tempat gelap.
6.
Dilakukan
pengamatan selama seminggu untuk dilihat perkembangan tanaman dan dicatat
hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, M., 2012. http://smakita.net/pengaruh-hormon-terhadap-pertumbuhan-dan-pekembangan-tumbuhan/, diakses pada
hari sabtu 12 april 2014 pukul 09.55 WITA.
Aryulina, D., 2007. Biologi 3. Esis, Jakarta.
Dwidjoseputro,
D., 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Karjadi,
A. K., dan Buchory, A., 2008. Pengaruh
Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem
Kentang Kultivar Granola, J. Hort. Vol
18 (380-384).
Latunra, A. I., Eddyman, W. F., dan Ellis, T., 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan II. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Naufal,
M. H., 2013. Laporan Pengamatan
Perkecambahan Gelap dan terang http://farischarming.wordpress.com/laporan-pengamatan-pengaruh-cahaya
terhadap-pertumbuhan-dan-perkembangan-kacang-hijau/,
diakses pada hari jumat 04 april 2014, pukul 19.23 WITA.
Nurfadilah, Arafah, 2014. Laporan
Praktikum Perkecambahan Gelap Dan Terang http://anurfadlilah.tumblr.com/post/47687954512/laporan-praktikum-perkecambahan-gelap-dan-terang, diakses pada hari
jumat 04 april 2014, pukul 19.55 WITA.
Rizki,
2012. Percobaan Pertumbuhan Perkecambahan
http://rizki2812.wordpress.com/2012/09/04/percobaan-pertumbuhan-perkecambahan/,
diakses pada hari jumat 04 april 2014, pukul 19.33 WITA.
Saktionon, 2006. Seribu Pena Biologi. Erlangga, Jakarta.
Salisbury,
F. B., dan Ross, C. W., Ross 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 2. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarnya tulung!! tentang postingan saya