BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Salah satu ciri
makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan merupakan bertambahnya
jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif
dapat diukur atau suatu peningkatan dalam berat atau ukuran dari
seluru/sebagian dari organisme, sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar
atau peningkatan kemahiran dalam penggunaan tubuh (Herliana, 2009).
Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan pekembangan tumbuhan. Faktor-faktor tersebut
dikelompokan menjadi 2, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang meliputi faktor genetis (hereditas) dan
factor fisiologis, sedangkan faktor eksternal atau faktor lingkungan merupakan
faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan
atau ekosistem. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan adalah cahaya (Herliana, 2009).
Cahaya memegang
peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis,
respirasi dan transpirasi. Untuk fotosintesis sebagai sumber energi bagi reaksi
cahaya, fotolisis air menghasilkan daya asimilasi (ATP dan NADPH2). Cahaya
atahri ditangkap daun sebagai foton. Tidak semua radiasi matahari mampu diserap
tanaman cahaya tampak (Putri, 2012).
Hal-hal di ataslah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini dapat
dikerjakan.
I.2.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap
morfologi jagung Zea mays maupun
kondisi ruangan terhadap morfologi kacang hijau Phaseolus radiatus.
1.3.
Waktu dan Tempat
Percobaan
cahaya dan pertumbuhan dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 04 april 2014,
pukul 14.30-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar, dengan pengamatan selama 14 hari, di lantai tiga Gedung Laboratorium
Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Matahari
merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari diradiasikan
kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi
matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi
dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium
untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi
berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya.
Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam
mikron (Tjasjono, 1995).
Bagi
manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang. Sedangkan bagi
tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan
untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk
membentuk karbohidrat (Tjasjono, 1995).
Lebih
lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang menyebabkan
tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari, tanaman tidak
dapat memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang mengakibatkan tanaman menjadi
lemah atau mati (Aak, 1983).
Pada kegiatan budaya
pertanian, Pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian serius. Hal tersebut
dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa tanaman hijau yang memiliki
kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap dalam bentuk kerja manusia dan
hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian, pupuk, dan, obat-obatan tidak
lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan proses konversi energi matahari ke
dalam bentuk produk tanaman (Jumin, 2008).
Tidak semua energi
cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Hanya cahaya tampak saja yang
dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya itu
disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai panjang
gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili mikron (Jumin, 2008:9). Tanaman
juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang
dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan
lamanya penyinaran (Jumin, 2008).
Oleh tumbuhan radiasi
matahari berupa cahaya tampak ditangkap oleh klorofil pada tanaman dalam proses
yang disebut proses fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadikan bahan utama
untuk proses pertumbuhan dan cadangan makanan tanaman (Narendra, 2012).
Proses fotosintesis
pada tanaman dilakukan di siang hari dikala matahari menyinari bumi. Dengan
menggunakan cahaya matahari tumbuhan mengubah gas karbondioksida dan
unsur-unsur mineral dalam tanah serta air untuk menghasilkan gula (glukosa) dan
oksigen. Proses ini dilakukan oleh zat hijau daun bernama klorofil yang berada
di daun dan dilindungi oleh lapisan lilin untuk mencegah penguapan. Gula hasil
fotosintesis disimpan tumbuhan sebagai cadangan energi, dan oksigen sebagai
hasil sampingannya (Narendra, 2012).
Dalam hubungan antara
cahaya matahari dengan tanaman, selalu terdapat keterkaitan antara sinar
matahari dan proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses pembuatan makanan yang
terjadi pada tumbuhan hijau
dengan bantuan sinar matahari dan enzim-enzim.
fotosintesis adalah fungsi utama dari daun tumbuhan.
Proses fotoseintesis ialah proses dimana tumbuhan menyerap CO2 dan
air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Tumbuhan
menyerap cahaya karena mempunyai pigmen yang disebut klorofil.
Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang
disebutkloroplast. klorofil menyerap
cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Di dalamdaun terdapat
lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas
setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna
dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis
(Narendra, 2012).
Berikut adalah reaksi
fotosintesis (Narendra, 2012):
6H2O + 6CO2 +
cahaya → C6H12O6 (glukosa)
+ 6O2
Proses penangkapan
energi matahari dikenal dengan fotosintesis. Proses ini akan berlangsung dengan
baik jika cahaya matahari yang jatuh ke permukaan tanaman melalui klorofil
optimal dan akan terganggu jika sebaliknya. Cahaya matahari merupakan faktor
iklim yang sangat penting dalam fotosintesis karena berperan sebagai sumber
energi pembentuk bahan kering tanaman. Gangguan yang timbul dapat dilihat dari
bentuk atau penampilan pertumbuhan tanaman dan pertambahan bahan keringnya
(Sawen, 2012).
Radiasi matahari yang
ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun merupakan energi
dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis,
peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan dan pembuahan.
Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa
pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir
seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh radiasi matahari (Tjasjono, 1995).
Radisasi matahari
merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang mempunyai hijau daun,
karena dapat dikatakan bahwa produksi tanaman dipengaruhi oleh tersedianya
sinar matahari. Akan tetapi pada umumnya terjadi fluktuasi hasil panen (hasil
fotosintesis) dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan faktor-faktor lain
seperti curah hujan, suhu udara, hama penyakit dan lainnya turut mempengaruhi
hasil panen (hasil fotosintesis) (Tjasjono, 1995).
Pengaruh unsur cahaya
pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanggapan
tanaman terhadap cahaya ditentukan oleh sintesis hijau daun, kegiatan stomata (
respirasi, transpirasi), pembentukan anthosianin, suhu dari organ-organ
permukaan, absorpsi mineral hara, permeabilitas, laju pernafasan, dan aliran
protoplasma (Jumin, 2008).
Sebagian besar tanaman
dari daerah sedang adalah fotoperiodik. Namun demikian, di daerah ekuator,
panjang siang hari pada setiap bulan menunjukkan perbedaan yang kecil sehingga
pengaruh kuantitas atau lamanya penyinaran matahari dalam satu hari tidak
mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan tanaman secara signifikan (Fitter dan
Hay, 1991).
Respon fotoperiodik
memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi pertumbuhan vegetatif dan
pertumbuhan untuk membentuk bunga agar tetap tegar menghadapi perubahan musim
di dalam lingkungannya. Bila satu tanaman dipindahkan ke daerah dengan garis
lintang berbeda, maka akan menghentikan fasenya dan tanaman tersebut dapat
mati, misalnya karena berusaha tumbuh secara vegetatif pada musim dingin atau
musim semi (Fitter dan Hay, 1991).
Intensitas cahaya
matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh
sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi
pada intensitas rendah (Fitter dan Hay, 1991). Pengaruh tanaman dalam
kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam
posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima
intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar
matahari (Fitter dan Hay, 1991).
Cahaya / Radiasi matahari yang
penting bagi organisme (Abuhaniyyah, 2012):
a.
Tumbuhan hijau terutama menyerap cahaya biru dan merah
dari spektrum cahaya matahari yang akan dirubah menjadi energi kimia dalam
bentuk karbohidrat.
b.
Mempertahankan suhu lingkungan. Sebagian besar
organisme dapat hidup pada suhu 0 - 43 derajat.
c.
Radiasi matahari menguapkan air yang berguna untuk
siklus hidrologi
d.
Radiasi matahari menggerakkan udara.
e.
Baik pergerakan udara dan pergerakan air menolong
penyebaran panas dan gerakan udara atau angin adalah faktor yang penting yang
memungkinkan turunnya hujan.
Pengaruh cahaya bukan hanya tergantung kepada fotosintesis (kuat
penyinaran) saja, namun ada faktor lain yang terdapat pada cahaya, yaitu berkaitan
dengan panjang gelombangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrick &
Berthwick pada tahun 1984, menunjukan cahaya yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan adalah pada spectrum merah dengan panjang gelombang 660nm.
Percobaan dengan menggunakan spectrum infra merah dengan panjang gelombang
730nm meberikan pengaruh yang berlawanan. Substansi yang merspon spectrum
cahaya adalah fitakram suatu protein warna pada tumbuhan yang mengandung
susunan atom khusus yang mengabsorpsi cahaya (Putri, 2012).
Faktor yang mempengaruhi jumlah radiasi yang sampai ke bumi (Putri, 2012) :
a)
Panjang hari
b)
Komposisi atmosfer
c)
Sudut datang
Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan
daun dan transpirasi. Peranan cahaya dalam respirasi, fotorespirasi, menaikkan
suhu serta berguna dalam transpirasi, transpirasi stomater, mekanisme
bukaan stomata. Kebutuhan intensitas cahaya berbeda untuk setiap jenis
tanaman, yang dikenal dengan tiga tipe tanaman C3, C4,
CAM. C3 memiliki titik kompensasi cahaya rendah, dibatasi oleh tingginya
fotorespirasi sedangkan C4 memiliki titik kompensasi cahaya tinggi,
sampai cahaya terik, tidak dibatasi oleh fotorespirasi. Besaran yang
menggambarkan banyak sedikitnya radiasi matahari yang mampu diserap tanaman
yang di sebut dengan ILD. ILD kritik dan ILD optimum, ILD kritik menyebabkan
pertumbuhan tanaman 90% maksimum. ILD optimum menyebabkan pertumbuhan tanaman
(CGR) maksimum. ILD optimum setiap jenis tanaman berbeda tergantung
morfologi daun. Adapun Faktor eksternal juga mempengaruhi
nilai ILDoptimum, misalnya jarak tanam (kerapatan tanaman) maupun sistem
tanam. Selain itu,mempengaruhi radiasi yang diserap dan nilai ILD optimum,
melalui efek penaungan (mutual shading)
(Putri, 2012).
Penaungan adalah distribusi cahaya dalam tajuk tidak merata, ada daun yang
bersifat parasit terhadap fotosintat yang dihasilkan daun yang lain, NAR
rendah, CGR rendah, telah tercapai titik kompensasi cahaya, ILD telah melampaui
optimumnya. Pengaruh jarak tanam ditentukan oleh tingkat kesuburan lahan maupun
habitus tanaman (morfologi tanaman). Penentuan kerapatan tanaman dipengaruhi
juga oleh hasil ekonomis yang akan diambil dari pertanaman. Hasil ekonomis
tanaman berupa biji (produk reproduktif yang lain). Jika dibuat grafik hubungan
antara kerapatan dengan hasil, kurva berbentuk parabolik, ada nilai LAI
optimum. Peningkatan kerapatan tanaman setelah LAI optimum, menimbulkan
penurunan hasil. Hasil fotosintesis digunakan lebih banyak untuk keperluan
vegetatif hasil ekonomis tanaman berupa bagian vegetatif tanaman, grafik
hubungan antara kerapatan dengan hasil berbentuk asimtotik. Jarak tanam dibuat
serapat mungkin supaya penyerapan radiasi maksimum cepat tercapai, dapat
dikatakan tidak ada LAI optimum (Hamsatul, 2011).
Perbedaan tingkat naungan pada perlakuan secara
keseluruhan mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban udara dan
suhu tanah lingkungan tanaman, sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh
tanaman berbeda dan mempengaruhi ketersediaan energi cahaya yang akan diubah
menjadi energi panas dan energi kimia. Tingkat naungan 0% – 25% menyebabkan
intensitas cahaya yang diterima tanaman berkisar antara 20.181,81 lux –
42.771,81 lux (Widiastuti, 2004). Semakin besar tingkat naungan berbanding
terbalik dengan intensitas cahaya yang diterima tanaman, sehingga juga akan
mempengaruhi suhu udara rendah dan kelembaban udara yang semakin tinggi.
Kelembaban udara yang rendah akan menghambat pertumbuhan dan pembungaan
tanaman. Kelembaban udara dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dapat
mempengaruhi proses fotosintesis. Laju fotosintesis meningkat dengan
meningkatnya kelembaban udara sekitar tanaman (Puspitasari, dkk., 2012).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1.
Alat
Adapun alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah gelas aqua, cawan plastik, lidi dan wadah.
III.2.
Bahan
Adapun alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah polybag, kacang hiaju Phaseolus radiatus, jagung Zae
mays, air, tanah dan kapas.
III.3.
Prosedur Percobaan
Adapun
prosedur dari percobaan ini adalah:
1. Merendam
terlebih dahulu biji jagung dan biji kacang hijau selama 30 menit di dalam
wadah.
2. Menananam
biji jagung dan biji kacang hijau di dalam polybag yang berbeda.
3. Meleletakkan
tanaman kacang hijau di bawah naungan sedangkan tanaman jagung diletakkan di
bawah cahaya matahari.
4. Mengaamati
pertumbuhan dari kedua tanaman tersebut selama 2 minggu.
DAFTAR
PUSTAKA
Fitter A. H., dan Hay R. K. M., 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Erlangga, Jakarta.
Hamsatul, N. L., 2011, Ekologi
Tumbuhan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Herliana, Ida, 2009. Bse
Biologi 3. Erlangga, Jakarta.
Ihyan, 2011 http://lhyan-blogbelajar11.blogspot.com/2011/11/proses-fotosintesis.html, diakses pada hari Minggu 06
april 2014 pukul 11.17 WITA.
Jumin,
H.B., 2008. Dasar-Dasar Agronomi.
PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Narendra, A., 2012. Pengaruh
Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. http://sustainablemovement.wordpress.com/2012/03/08/pengaruh-cahaya-terhadap-pertumbuhan-tanaman/, diakses pada hari Minggu 06 april 2014, pukul 11.09 WITA.
Putri, A. H., 2012. http://mimetakamine.blogspot.com/2012/11/cahaya-dan-pertumbuhan.html, diakses pada hari minggu 06 april 2014, pukul 10.55. WITA.
Puspitasari, E., Kristianita, dan Putri K., 2012. Pengaruh
Intensitas Cahaya Matahari. Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI, Madiun.
Sawen, D., 2012. Pertumbuhan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Dan Benggala (Panicum maximum) Akibat Intensitas Cahaya.
Jurnal Ilmu tanaman dan ternak. Vol 2
(18-20).
Tjasjono, Bayong, 1995. Klomatologi Umum. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarnya tulung!! tentang postingan saya