Senin, 20 Mei 2013

indeks perbandingan sekuensial keanekaragaman bentos di ekosistem perairan


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
                                                    
PERCOBAAN V
INDEKS PERBANDINGAN SEKUENSIAL KEANEKARAGAMAN BENTOS DI EKOSISTEM PERAIRAN

            NAMA                        : SELVIANI
            NIM                            : H41112334
            HARI/TANGGAL     :SELASA/2APRIL 2013
            KELOMPOK             :II (DUA) B
            ASISTEN                   : MASRAYANI SULAEMAN
                                                  ILHAM






LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
            2013
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
            Ekosistem ekuatik adalah ekosistem yang lingkungan hidup eksternalnya dikuasai dan diungguli oleh air (air tawar, laut, payau), yang merupakan habitat dari berbagai makhluk hidup. Air merupakan bagian yang esensial dan terbesar dari protoplasma, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa semua jenis kehidupan sebenarnya bersifat ekuatik. Air mempunyai nilai kepentingan, baik kuantitatif maupun kualitatif bagi organisme hidup. Kepentingan kuantutatif terutama muncul disebabkan oleh kenyataan bahwa air memiliki kombinasi sifat-sifat yang luar biasa dan sifat ternal yang unik. Keunikan sifat-sifat ini, merupakan faktor yang penting bagi kehadiran organisme hidup di muka bumi ini. Bahkan dapat pula dikatakan bahwa air memiliki kombinasi fungsi yang luar biasa bagi kehidupan organisme hidup dibandingkan dengan zat cair manapun (Umar, 2013).
Perairan terbagi dalam perairan dalam dan perairan lepas pantai (Perairanlaut). Perairan pedalaman umumnya tawar tetapi ada yang payau, dengan sifatnya mengalir atau menggenang. Padapraktikum kali ini dibahas mengenai perairan laut, lebih khususnya mengenai mahluk hidup invertebrata yang ada di perairan laut. Mahluk hidup ini dikenal dengan sebutan bentos. Dengan mempelajari berbagai macam bentos, akan diketahui berbagai macam mahluk hidup yang ada di perairan laut. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Adapun factor yang memepengaruhi yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan sehingga menyebabkan bermacam-macam bentos yang ada (Barus, 2004).
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui keragaman bentos dalam ekosistem perairan berdasarkan Indeks perbandingan Sekuensial.
2.      Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan keragaman bentos dalam perairan.
I.3. Waktu dan Tempat
          Percobaan ini dilakukan dengan diawali pengambilan sampel pada hari Selasa, 2 april 2013, pukul 06.00-07.00 di danau Universitas Hasanuddin. Kemudian dilanjutkan dengan praktikum yang dilaksanakan pada hari Selasa, 2 april 2013pukul 14.3017.30 WITA bertempat di Laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan, JurusanBiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Ekosistem merupakan suatu sistem di alam di mana terdapat hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya, juga dengan lingkungannya. Ekosostem sifatnya tidak tergantung ukuran tetapi ditekankan pada kelengkapan komponennya. Berdasarkan atas habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat (teresterial) dan ekosistem perairan (akuatik). Di dalam suatu ekosistem perairan, terdapat komponen-komponen berdasarkan cara hidupnya yaitu bentos, perifiton, plankton, nekton dan neuston. Salah satu komponen yang memiliki variasi organisme cukup banyak dalam suatu perairan adalah bentos (Umar, 2013).
            Klasifikasi organisme air tawar menurut modus hidupnya (Umar, 2013)yaitu:
a.       Plankton merupakan jasad hidup yang melayang-layang secara pasif di dalam air dan pergerakannya tergantung pada arus (fitoplankton dan zooplankton).
b.      Perifiton merupakan jasad nabati maupun hewani yang hidup melekat di batang, daun vegetasi akuatik atau benda-benda yang terdapat di dalam air.
c.       Bentos merupakan jasad-jasad nabati dan hewani yang hidup di permukaan dasar permukaan dasar perairan atau di dalam dasar perairan.
d.      Nekton merupakan jasad-jasad yang karena kemampuannya berenang dapat berpindah tempat dengan aktif, misalnya ikan, amphibia dan insekta yang dapat berenang.
Bentosdapatdibedakandenganbeberapacara, salahsatunyayaitudengancaramengidentifikasiukurandaribentostersebut, pengklasifikasianmenurutukuranmerekadibagimenjadi 3 (Barus, 2004)yaitu:
1.        Microfauna: hewan yang memilikiukuranlebihkecildari 0,1 mm, seluruh protozoa masukdalamgolonganini.
2.        Meiofauna: golonganhewan-hewan yang mempunyaiukuranantara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Initermasuk protozoa yang bergolonganbesar, cnidaria, cacing-cacing yang berukuransangatkecil, danbeberapacrustacea yang berukuransangatkecil.
3.        Macrofauna: Hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,0 mm. Ini termasuk golongan echinodermata, crustacea, annelida, Mollusca dan beberapa anggota phylum yang lain.
Selain itu juga bentos dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya, dalam hal ini bentos dibagi menjadi 2 macam (Barus, 1994) yaitu:
1.        Epifauna :hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Contoh hewan epifauna diantaranya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siput laut (Sea slug), bintang laut (Brittlle star).
2.        Infauna :hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasarlautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm), tiram (Cockle), macoma, Remis (clam).
Hewan ini memegang peranan penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivore dan detrivor dapat menghancurkan makrofitakuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrient bagi produsen perairan (Effendie, 2003).
Hewanbentos yang relative mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalahj enis yang tergolong ke dalam kelompok makroinvertebrata air. Makroinvertebrata air dikenal juga dengan istilah makrozoobentos (Nyabakken, 2008).
Makroinvertebrata air (makrozoobenthos) memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa tingkatan trofik pada rantai makanan. Kedudukan makroinvertebrata air di dalam tingkatan trofik digolongkan ke dalam kelompok (Odum, 1993):
a.  GrazersdanSerapers, adalahh erbivor pemakan tumbuhan air dan periphyton. Taksa yang termasuk kedalam golongan ini adalah Ecdyonurussp. (Ephemeroptera), Gastropoda, Elmis sp. danLatelmis sp. (Coleoptera).
b. Shredders adalah detritivor pemakan partikel organic kasar. Takson yang tergolong ke dalam golongan ini adalahTipula sp. (Diptera), Neumora sp. (Plecoptera).
c. Collector adalah detritivor pemakan organic halus. Berdasarkan cara pengambilan makanannya collector dapat dibagi dua yaitu filter feeder dan deposit feeder. Golongan filter feeder adalah collector yang mengambil makanan dengan cara menyaring materi yang terlarut di dalam air. Karakteristik collector dari golongan ini adalah mempunyai fila di daerah mulut atau kaki sebagai alat pengumpul makanan. Taksa yang termasuk golongan filter feeder adalah Simulidae (Diptera), Rheotanytarsus sp.,Hydropsyche sp. Golongandeposit feeder adalah collector yang mengambil makanan yang ada di permukaan dasar perairan. Taksa yang termasuk golongan ini adalah Chiromonidae, Orthoeladine, Diamesiae.
d. Predator adalah carnivore pemakan hewan lain. Taksa yang termasuk golongan ini adalah TanypodidaeDiptera, Perlasp.,PlecopteradanHirudinae.
Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitive terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit (Odum, 1993).
GaufindalamWilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organic ke dalam kelompok (Amini, 2008) yaitu:
a.       Intoleran, yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya akan bahan organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas.
b.      Fakultatif, yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup diperairan yang banyak bahan organic namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan.
c.       Toleran, yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik.




















BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
Alat yang kami gunakan pada percobaan ini adalah Eickman Grab, ayakan (mess), baskom, baki plastik, pinset dan hand sprayer.
III.2. Bahan
Bahan yang kami gunakan pada percobaan ini adalah alkohol 70%, bentos, dan botol sampel.
III.3. Cara Kerja
Cara kerja adalah sebagai berikut:
1.      Membuka kedua belahan pengeruk Eickman Grab hingga menganga dan mengaitkan kawat penahannya pada tempat kaitan yang terdapat pada bagian atas alat tersebut.
2.      Memasukkan pengeruk secara vertikal dan perlahan-lahan ke dalam air hingga menyentuh dasar perairan.
3.      Menjatuhkan logam pembeban sepanjang tali pemegangnya sehingga kedua belahan Eickman Grab akan tertutup dan lumpur serta hewan yang terdapat di dasar perairan akan terhimpun dalam kerukan.
4.      Menarik perlahan-lahan Eickman ke atas dan isinya ditumpahkan ke dalam baskom yang sudah tersedia.
5.      Mengayak sampel sambil menyiramnya dengan air sehingga lumpur keluar dan sampah-sampah terbuang.
6.      Menyeleksi hewan bentos yang didapatkan dengan cermat, kemudian memasukkan ke dalam botol sampel. Memberi label masing-masing botol sampel.
7.      Melakukannya sekali lagi dengan menggunakan ayakan (mess).
8.      Mensterilkan sampel dengan menggunakan alkohol 70 % dan menyimpannya selama beberapa jam.
9.      Mengambil sampel yang sudah diawetkan.
10.  Menumpahkan ke dalam petridish dan secara acak mengambilnya satu per satu dengan menggunakan pinset dan meletakkan pada petridish yang lain sambil diurutkan.
11.  Membandingkan sampel yang telah diurutkan antara 1 dengan 2, 2 dengan 3 dan seterusnya, kemudian melihat apakah sejenis atau tidak.
12.  Menghitung hasil pengamatan.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
IV.1.1. Tabel Hasil Pengamatan
a.       Pengamatan dengan eckman grab
A B AA
b.      Pengamatan dengan ayakan
A BB C B CC A B CC B

IV.2. Analisis Data
a.       Nilai indeks perbandingan sekuensial (IPS) Eckman Grab
S.C.I(I.P.S.) = n Runs x n taksa
n spesimen
 
 


Diketahui: n runs           = 3
                 n taksa        = 2
                n spesimen  = 4
ditanyakan: S.C.I. (I.P.S.) ?
jawab:
3 x 2 / 4 = 1,5
Derajat pencemaran
>2                    = belum tercemar
1,6 – 2             = tercemar ringan
1,1 – 1,5          =  tercemar sedang
<1                    = tercemar berat
Jadi, derajat pencemaran yang didapatkan adalah 1,5 = tercemar ringan
b.     
S.C.I(I.P.S.) = n Runs x n taksa
n spesimen
 
Nilai indeks perbandingan sekuensial (I.P.S) ayakan


Diketahui : n runs          = 9
                  n taksa       = 3
                 n spesimen = 12
ditanyakan : S.C.I. (I.P.S.) ?
jawab:
9 x 3 / 12 = 2,2
Jadi, derajat pencemaran yang didapatkan adalah 2,2 = tidak tercemar
IV.2. Pembahasan
            Ekosistem merupakan suatu sistem di alam di mana terdapat hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya, juga dengan lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung ukuran tetapi ditekankan pada kelengkapan komponennya. Berdasarkan atas habitatnya, ekosistem (teresterial) dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan (ekuatik). Di dalam suatu perairan, kita dapat mengenal komponen-komponennya berdasarkan cara hidupnya yaitu bentos, perifiton, plankton, nekton dan neuston. Salah satu komponen yang memiliki variasi organisme cukup banyak dalam suatu perairan adalah bentos.
Cairns et al (1971) mengembangkan suatu metode yang sederhana, tetapi cukup baik untuk mengestimasi keanekaragaman biologis secara relatif, yang disebut “sequential comparison indeks”(S.C.I.). (Persoone dan De Pauw, 1978). Indeks kenekaragaman ini dalam bahasa Indonesia disebut Indeks Perbandingan Sekuensial(I.P.S.). menurut ahli tersebut di atas bahwa indeks ini dapat memenuhi keperluan untuk menilai secara cepat akibat adanya pencemaran terhadap ekosistem, misalnya sungai, kolm, danau, dan laut. Cara ini tidak memerlukan keterampilan untuk mengidentifikasi hewan-hewan dalam komunitas, sehingga dapat menghemat waktu dan pekerjaan.
            Untuk mendapatkan data kuantitatif maupun kualitatif, mengenai jenis-jenis hewan yang hidup dalam suatu perairan, hewan tersebut dapatditangkap dengan menggunakan kombinasi berbagai macam cara. Mulai dari penangkapan dengan tangan, pinset, jala maupun alat-alat lainnya. Dalam praktikum ini akan dilakukan pengambilan bentos untuk tujuan studi kuantitatif dengan menggunakan alat pengeruk yang disebut Eickman grab.
a.       Ayakan
Pada saat pengambilan sampel dengan menggunakan ayakan, salah satu praktikan turun ke dalam tempat pengambilan sampel selama beberapa kali sehingga sampel terkumpul.
b.      Pengeruk Eickman Grab
Pada saat menggunakan eickman grab yaitu dengan membuka pengeruk eickman hingga menganga, mengaitkan kawat penahannya, memasukkan pengeruk cesara vrikal dan perlahan-lahn ke dalam air hingga menyentuh dasar, kemudian menjatuhkan logam pembeban sepanjang tali pemegangnya sehingga kedua belahan eickman grab tertutup, menarik perlahan-lahan, sampel kamudian diayak sambil disiramkan air sehingga lumpur keluar dan sampah sampah dibuang dan menyeleksi hewan bentos yang akan dijadikan sampel.
Pada pengambilan sampeli ini, ayakan lebih banyak mengambil sampel dibandingkan dengan menggunakan Eickman Grab. Ini disebabkan karena pada alat ini belum terlalu diketahui cara penggunaannya dan dengan menggunakan ayakan lebih mudah dan cepat sehingga hasil yangdidapatkan lebih banyak pada  ayakan. Dari hasil perhitungan yang didapatkan, pada ayakan didapatkan 2,2, artinya derajat pencemaran yang ada pada perairan belum tercamar.
Pada Eickman Grab,  hasil yang didapatkan adalah 1,5, artinya derajat pencemaran yang ada pada perairan tersebut adalah tercemar sedang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi banyak atau tidaknya bentos ini yaitu adanya pencemaran pada perairan tersebut  dan ketidakperduliannya  manusia dalam  memelihara lingkungan perairan.












\

BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
            Berdasarkan data hasil percobaan yang telah didapatkan, dapat diperoleh kesimpulan:
1.      berdasarkan Indeks perbandingan Sekuensial, hasil yang didapatkan pada ayakan yaitu 2,2 artinya derajat pencemaran yang didapatkan adalah belum tercemar. Sedankan pada  Eickman Grab adalah  1,5 artinya derajat pencemaran yang didapatkan adalah tercemar sedang.
2.      Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah ayakan (mess) dan Eickman Grab.
V.2. Saran
           Sebaiknya, di dalam melakukan percobaanperalatan yang digunakan lebih dilengkapi lagi agar pengambilan sampel tidak terlalu mengambil waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentarnya tulung!! tentang postingan saya