LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN V
INDEKS
PERBANDINGAN SEKUENSIAL KEANEKARAGAMAN BENTOS DI EKOSISTEM PERAIRAN
NAMA : SELVIANI
NIM : H41112334
HARI/TANGGAL :SELASA/2APRIL 2013
KELOMPOK :II (DUA) B
ASISTEN : MASRAYANI SULAEMAN
ILHAM
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Ekosistem
ekuatik adalah ekosistem yang lingkungan hidup eksternalnya dikuasai dan
diungguli oleh air (air tawar, laut, payau), yang merupakan habitat dari
berbagai makhluk hidup. Air merupakan bagian yang esensial dan terbesar dari
protoplasma, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa semua jenis kehidupan
sebenarnya bersifat ekuatik. Air mempunyai nilai kepentingan, baik kuantitatif
maupun kualitatif bagi organisme hidup. Kepentingan kuantutatif terutama muncul
disebabkan oleh kenyataan bahwa air memiliki kombinasi sifat-sifat yang luar
biasa dan sifat ternal yang unik. Keunikan sifat-sifat ini, merupakan faktor
yang penting bagi kehadiran organisme hidup di muka bumi ini. Bahkan dapat pula
dikatakan bahwa air memiliki kombinasi fungsi yang luar biasa bagi kehidupan
organisme hidup dibandingkan dengan zat cair manapun (Umar, 2013).
Perairan terbagi dalam perairan dalam
dan perairan lepas pantai (Perairanlaut). Perairan pedalaman umumnya tawar tetapi
ada yang payau, dengan sifatnya mengalir atau menggenang. Padapraktikum kali ini
dibahas mengenai perairan laut, lebih khususnya mengenai mahluk hidup invertebrata
yang ada di perairan laut. Mahluk hidup ini dikenal dengan sebutan bentos. Dengan
mempelajari berbagai macam bentos, akan diketahui berbagai macam mahluk hidup
yang ada di perairan laut. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Adapun factor yang memepengaruhi yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman
di bawah permukaan sehingga menyebabkan bermacam-macam bentos yang ada (Barus, 2004).
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui keragaman bentos dalam ekosistem perairan berdasarkan Indeks
perbandingan Sekuensial.
2.
Mengenalkan dan
melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
dengan keragaman bentos dalam perairan.
I.3. Waktu dan
Tempat
Percobaan ini dilakukan dengan diawali
pengambilan sampel pada hari Selasa, 2 april 2013, pukul 06.00-07.00 di danau
Universitas Hasanuddin. Kemudian dilanjutkan dengan praktikum yang
dilaksanakan pada hari Selasa, 2 april
2013pukul 14.30 – 17.30 WITA bertempat di Laboratorium Ilmu Lingkungan dan
Kelautan, JurusanBiologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Ekosistem
merupakan suatu sistem di alam di mana terdapat hubungan timbal balik antara
organisme dengan organisme lainnya, juga dengan lingkungannya. Ekosostem
sifatnya tidak tergantung ukuran tetapi ditekankan pada kelengkapan
komponennya. Berdasarkan atas habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
darat (teresterial) dan ekosistem perairan (akuatik). Di dalam suatu ekosistem
perairan, terdapat komponen-komponen berdasarkan cara hidupnya yaitu bentos,
perifiton, plankton, nekton dan neuston. Salah satu komponen yang memiliki
variasi organisme cukup banyak dalam suatu perairan adalah bentos (Umar, 2013).
Klasifikasi
organisme air tawar menurut modus hidupnya (Umar, 2013)yaitu:
a. Plankton merupakan jasad hidup yang melayang-layang secara pasif di dalam
air dan pergerakannya tergantung pada arus (fitoplankton dan zooplankton).
b. Perifiton merupakan jasad nabati maupun hewani yang hidup melekat di
batang, daun vegetasi akuatik atau benda-benda yang terdapat di dalam air.
c. Bentos merupakan jasad-jasad nabati dan hewani yang hidup di permukaan
dasar permukaan dasar perairan atau di dalam dasar perairan.
d. Nekton merupakan jasad-jasad yang karena kemampuannya berenang dapat
berpindah tempat dengan aktif, misalnya ikan, amphibia dan insekta yang dapat
berenang.
Bentosdapatdibedakandenganbeberapacara,
salahsatunyayaitudengancaramengidentifikasiukurandaribentostersebut,
pengklasifikasianmenurutukuranmerekadibagimenjadi 3 (Barus, 2004)yaitu:
1.
Microfauna: hewan yang memilikiukuranlebihkecildari
0,1 mm, seluruh protozoa masukdalamgolonganini.
2.
Meiofauna: golonganhewan-hewan yang
mempunyaiukuranantara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Initermasuk protozoa yang
bergolonganbesar, cnidaria, cacing-cacing yang berukuransangatkecil,
danbeberapacrustacea yang berukuransangatkecil.
3.
Macrofauna: Hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar
dari 1,0 mm. Ini termasuk golongan echinodermata, crustacea, annelida, Mollusca
dan beberapa anggota phylum yang lain.
Selain itu juga bentos dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya, dalam
hal ini bentos dibagi menjadi 2 macam (Barus, 1994) yaitu:
1.
Epifauna :hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan.
Contoh hewan epifauna diantaranya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siput
laut (Sea slug), bintang laut (Brittlle star).
2.
Infauna :hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang
pada dasarlautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm), tiram (Cockle),
macoma, Remis (clam).
Hewan ini memegang peranan penting dalam
perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik
yang memasuki perairan. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivore dan detrivor
dapat menghancurkan makrofitakuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah
yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil,
sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrient bagi produsen
perairan (Effendie, 2003).
Hewanbentos
yang relative mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalahj enis yang tergolong ke dalam kelompok makroinvertebrata air.
Makroinvertebrata air dikenal juga dengan istilah makrozoobentos (Nyabakken, 2008).
Makroinvertebrata
air (makrozoobenthos) memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki
beberapa tingkatan trofik pada rantai makanan. Kedudukan makroinvertebrata air
di dalam tingkatan trofik digolongkan ke dalam kelompok (Odum, 1993):
a. GrazersdanSerapers, adalahh erbivor pemakan tumbuhan air dan periphyton.
Taksa yang termasuk kedalam golongan ini adalah Ecdyonurussp. (Ephemeroptera),
Gastropoda, Elmis sp. danLatelmis sp. (Coleoptera).
b. Shredders adalah detritivor pemakan partikel organic kasar. Takson yang
tergolong ke dalam golongan ini adalahTipula
sp. (Diptera), Neumora sp. (Plecoptera).
c. Collector adalah detritivor pemakan organic halus. Berdasarkan cara pengambilan
makanannya collector dapat dibagi dua yaitu filter feeder dan deposit
feeder. Golongan filter feeder adalah collector yang
mengambil makanan dengan cara menyaring materi yang terlarut di dalam air.
Karakteristik collector dari golongan ini adalah mempunyai fila di
daerah mulut atau kaki sebagai alat pengumpul makanan. Taksa yang termasuk golongan
filter feeder adalah Simulidae (Diptera), Rheotanytarsus sp.,Hydropsyche sp. Golongandeposit feeder adalah
collector yang mengambil makanan yang ada di permukaan dasar perairan.
Taksa yang termasuk golongan ini adalah Chiromonidae, Orthoeladine, Diamesiae.
d. Predator adalah carnivore pemakan hewan lain. Taksa yang termasuk golongan
ini adalah TanypodidaeDiptera, Perlasp.,PlecopteradanHirudinae.
Makrozoobenthos merupakan hewan yang
sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang
sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting
dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material
organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai
makanan. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitive terhadap
perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki
penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit
(sensitif) maka penyebarannya juga sempit (Odum, 1993).
GaufindalamWilhm (1975)
mengelompokkan spesies makrozobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran
karena bahan organic ke dalam kelompok (Amini, 2008) yaitu:
a.
Intoleran, yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang
dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang
kaya akan bahan organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi
bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas.
b.
Fakultatif, yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada
kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran.
Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup diperairan yang banyak bahan
organic namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan.
c.
Toleran, yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang
dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai
di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap
berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang
tercemar oleh bahan organik.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat yang kami gunakan pada percobaan ini adalah Eickman Grab, ayakan
(mess), baskom, baki plastik, pinset dan hand sprayer.
III.2. Bahan
Bahan yang kami gunakan pada percobaan ini adalah alkohol 70%, bentos, dan
botol sampel.
III.3. Cara
Kerja
Cara kerja adalah sebagai
berikut:
1.
Membuka kedua
belahan pengeruk Eickman Grab hingga menganga dan mengaitkan kawat penahannya
pada tempat kaitan yang terdapat pada bagian atas alat tersebut.
2.
Memasukkan
pengeruk secara vertikal dan perlahan-lahan ke dalam air hingga menyentuh dasar
perairan.
3.
Menjatuhkan
logam pembeban sepanjang tali pemegangnya sehingga kedua belahan Eickman Grab
akan tertutup dan lumpur serta hewan yang terdapat di dasar perairan akan
terhimpun dalam kerukan.
4.
Menarik
perlahan-lahan Eickman ke atas dan isinya ditumpahkan ke dalam baskom yang
sudah tersedia.
5.
Mengayak sampel
sambil menyiramnya dengan air sehingga lumpur keluar dan sampah-sampah
terbuang.
6.
Menyeleksi
hewan bentos yang didapatkan dengan cermat, kemudian memasukkan ke dalam botol
sampel. Memberi label masing-masing botol sampel.
7.
Melakukannya
sekali lagi dengan menggunakan ayakan (mess).
8.
Mensterilkan
sampel dengan menggunakan alkohol 70 % dan menyimpannya selama beberapa jam.
9.
Mengambil
sampel yang sudah diawetkan.
10.
Menumpahkan ke
dalam petridish dan secara acak mengambilnya satu per satu dengan menggunakan
pinset dan meletakkan pada petridish yang lain sambil diurutkan.
11.
Membandingkan
sampel yang telah diurutkan antara 1 dengan 2, 2 dengan 3 dan seterusnya, kemudian
melihat apakah sejenis atau tidak.
12.
Menghitung
hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
IV.1.1.
Tabel Hasil Pengamatan
a. Pengamatan dengan eckman grab
A B AA
|
b. Pengamatan dengan ayakan
A BB C B CC A B CC B
|
IV.2. Analisis Data
a. Nilai indeks perbandingan sekuensial (IPS) Eckman Grab
|
Diketahui: n runs = 3
n taksa =
2
n spesimen
= 4
ditanyakan: S.C.I. (I.P.S.) ?
jawab:
3 x 2 / 4 = 1,5
Derajat pencemaran
>2 = belum tercemar
1,6 – 2 = tercemar ringan
1,1 – 1,5 = tercemar sedang
<1 = tercemar berat
Jadi, derajat pencemaran yang didapatkan adalah 1,5 = tercemar ringan
b.
Nilai indeks perbandingan sekuensial
(I.P.S) ayakan
|
Diketahui : n runs = 9
n taksa =
3
n spesimen = 12
ditanyakan : S.C.I. (I.P.S.) ?
jawab:
9 x 3 / 12 = 2,2
Jadi, derajat pencemaran yang
didapatkan adalah 2,2 = tidak tercemar
IV.2. Pembahasan
Ekosistem
merupakan suatu sistem di alam di mana terdapat hubungan timbal balik antara
organisme dengan organisme lainnya, juga dengan lingkungannya. Ekosistem
sifatnya tidak tergantung ukuran tetapi ditekankan pada kelengkapan
komponennya. Berdasarkan atas habitatnya, ekosistem (teresterial) dibedakan
menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan (ekuatik). Di dalam suatu
perairan, kita dapat mengenal komponen-komponennya berdasarkan cara hidupnya
yaitu bentos, perifiton, plankton, nekton dan neuston. Salah satu komponen yang
memiliki variasi organisme cukup banyak dalam suatu perairan adalah bentos.
Cairns et al
(1971) mengembangkan suatu metode yang sederhana, tetapi cukup baik untuk
mengestimasi keanekaragaman biologis secara relatif, yang disebut “sequential comparison indeks”(S.C.I.).
(Persoone dan De Pauw, 1978). Indeks kenekaragaman ini dalam bahasa Indonesia
disebut Indeks Perbandingan Sekuensial(I.P.S.).
menurut ahli tersebut di atas bahwa indeks ini dapat memenuhi keperluan untuk
menilai secara cepat akibat adanya pencemaran terhadap ekosistem, misalnya
sungai, kolm, danau, dan laut. Cara ini tidak memerlukan keterampilan untuk
mengidentifikasi hewan-hewan dalam komunitas, sehingga dapat menghemat waktu
dan pekerjaan.
Untuk
mendapatkan data kuantitatif maupun kualitatif, mengenai jenis-jenis hewan yang
hidup dalam suatu perairan, hewan tersebut dapatditangkap dengan menggunakan
kombinasi berbagai macam cara. Mulai dari penangkapan dengan tangan, pinset,
jala maupun alat-alat lainnya. Dalam praktikum ini akan dilakukan pengambilan bentos
untuk tujuan studi kuantitatif dengan menggunakan alat pengeruk yang disebut
Eickman grab.
a. Ayakan
Pada saat
pengambilan sampel dengan menggunakan ayakan, salah satu praktikan turun ke
dalam tempat pengambilan sampel selama beberapa kali sehingga sampel terkumpul.
b. Pengeruk Eickman Grab
Pada saat
menggunakan eickman grab yaitu dengan membuka pengeruk eickman hingga menganga,
mengaitkan kawat penahannya, memasukkan pengeruk cesara vrikal dan
perlahan-lahn ke dalam air hingga menyentuh dasar, kemudian menjatuhkan logam
pembeban sepanjang tali pemegangnya sehingga kedua belahan eickman grab
tertutup, menarik perlahan-lahan, sampel kamudian diayak sambil disiramkan air
sehingga lumpur keluar dan sampah sampah dibuang dan menyeleksi hewan bentos
yang akan dijadikan sampel.
Pada
pengambilan sampeli ini, ayakan lebih banyak mengambil sampel dibandingkan
dengan menggunakan Eickman Grab. Ini disebabkan karena pada alat ini belum
terlalu diketahui cara penggunaannya dan dengan menggunakan ayakan lebih mudah
dan cepat sehingga hasil yangdidapatkan lebih banyak pada ayakan. Dari hasil perhitungan yang
didapatkan, pada ayakan didapatkan 2,2, artinya derajat pencemaran yang ada
pada perairan belum tercamar.
Pada Eickman
Grab, hasil yang didapatkan adalah 1,5,
artinya derajat pencemaran yang ada pada perairan tersebut adalah tercemar
sedang.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi banyak atau tidaknya bentos ini yaitu adanya pencemaran pada
perairan tersebut dan
ketidakperduliannya manusia dalam memelihara lingkungan perairan.
\
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan
data hasil percobaan yang telah didapatkan, dapat diperoleh kesimpulan:
1. berdasarkan Indeks perbandingan Sekuensial, hasil yang didapatkan pada
ayakan yaitu 2,2 artinya derajat pencemaran yang didapatkan adalah belum
tercemar. Sedankan pada Eickman Grab
adalah 1,5 artinya derajat pencemaran
yang didapatkan adalah tercemar sedang.
2. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah ayakan (mess) dan Eickman Grab.
V.2. Saran
Sebaiknya, di dalam
melakukan percobaanperalatan yang digunakan lebih dilengkapi lagi agar
pengambilan sampel tidak terlalu mengambil waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarnya tulung!! tentang postingan saya