LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN II
KELEBABAN
RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA
NAMA : SELVIANI
NIM : H41112334
HARI/TANGGAL :SELASA/2 APRIL 2013
KELOMPOK :II (DUA) B
ASISTEN : MASRAYANI SULAEMAN
ILHAM
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kelembaban udara menggambarkan
kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak,
kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Pada umumnya
organisme akan kehilangan lebih banyak air dalam atmosfir dengan kelembaban
rendah dari pada dalam atmosfir dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu salah
satu faktor abiotik yang sangat penting pada organisme darat adalah kelembaban
nisbi (Awaliyah, 2010).
Kelembaban adalah salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh
terhadap aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di
udara, sedangkan kelebabn mutlak adalah sejumlah uap air di dalam udara yang
dinyatakan sebagai berat air per satuan udara. Jumlah uap air yang tersimpan di
udara dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembaban Nisbi adalah
presentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan di bawah
temperatur dan tekanan tertentu. Kelembabab merupakan salah satu faktor
ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman
harian, keragaman vertikal dan horizontal (Umar, 2013).
Dalam kehidupan sehari-hari, baik secara langsung maupun tidak langsung kita
selalu membutuhkan udara baik untuk bernafas ataupun untuk aktivitas lainnya. Udara
adalah salah satu zat ang berbentuk gas. Gas adalah materi yang encer sifat ini
disebabkan interaksi yang lemah diantara
partikel-pertikel penyusun sehingga perilaku relatifnya sederhana. Sebuah gas
memiliki volume dan tekanan, kedua komponen tersebut saling mempengaruhi satu
sama lain. Jika volume berubah maka tekanan juga akan ikut berubah (Linsley, 1989).
Suhu
(temperatur) adalah ukuran dari suatu benda yang cenderung melepaskan panas.
Energi radiasi dalam atmosfir diabsorbsi oleh molekul gas, partikel padat dan
zat cair, sehingga temperatur suhu benda menjadi naik. Bila terjadi perbedaan
suhu dalam lingkungan maka energi akan mengalir sebagai panas dari daerah yang
panas ke yang lebih dingin (Umar, 2013).
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat/lokasi yang berbeda
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.
Untuk
melatih keterampilan mahasiswa dalam membaca dan mengoperasikan peralatan
sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.
I.3.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 april
2013 pukul 14.30 – 17.30 WITA bertempat di Laboratorium Ilmu Lingkungan dan
Kelautan, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembapan
adalah konsentrasi uap air di udara.Angka konsentasi ini dapat diekspresikan
dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.Alat
untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.Sebuah humidistat digunakan untuk
mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah
pengawalembap (dehumidifier).Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan
termostat untuk suhu udara.Perubahan tekanan sebagian uap air di udara
berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada
tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi
0,5% pada 0 °C (Handoko, 1994).
Udara dikatakan mempunyai kelembaban
yang tinggi apabila uap air yang diakandungnya tinggi, begitu juga sebaliknya.
Secara matematis, kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat uap air di dalam
suatu volume udara dibandingkan dengan berat udara kering (udara tanpa uap air)
di dalam volume yang sama (Odum, 1994).
Kelembaban relatif adalah rasio yang
digambarkan sebagai persentase antara tekanan uap air aktual e terhadap tekanan
uap jenuh es, pada suhu udara T tertentu (Brock dan Scott, 2001)
Sedangkan suhu udara adalah jumlah panas yang terkandung di udara (Linsley, 1989).
Semua uap air yang ada di dalam
udara berasal dari penguapan.Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair
kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan
pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak hanya
terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi
langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari tiga
tempat itu disebut dengan Evaporasi (Karim,1985).
Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan
sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di
udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C
(86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F) (Suwardjo,
2008).
Kelembaban udara menggambarkan
kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak,
kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak
adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau
tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara
kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas
udara untuk menampung uap air.Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut
(pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara.Sedangkan defisit tekanan uap
air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.
Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi
tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko,1994).
Faktor suhu / temperatur dan
kelembaban seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada
nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Jadi, suhu atau temperatur
memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila
keadaan kelembaban adalah ekstrim yakni, apakah keadaan tadi sangat tinggi atau
sangat rendah, daripada apabila keadaan demikian itu adalah sedang saja (Odum,
1994).
Kelembapan adalah
konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan
relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat
kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier)
(Suwardjo, 2008).
Pada ekosistem, faktor-faktor tidak
bekerja sendiri-sendiri akan tetapi bekerja bersama-sama. Temperatur dan
kelembaban sangat berpengaruh pada lingkungan darat. Efek pembatas dari temperature
bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan ekstrim, yaitu tinggi maupun
rendah interaksi antara temperature dan kelembaban seperti interaksi pada
faktor lain yaitu tergantung kepada nilai nisbi dan nilai mutlak dari setiap faktor
(Soegiarto, 1990).
Di alam organisme tidak hanya
beradaptasi terhadap lingkungan fisik dalam arti tolenrasi saja, akan tetapi
juga memamfaatkan periodesitas alami untuk mengatur kegiatan dan memprogram
kehidupannya. Misalnya di daratan iklim sedang, kegiatan organisme disesuaikan
dengan panjang hari (Soegiarto, 1990).
Kelembaban udara dalam ruangan
tertutup dapat diatur sesuai dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini
didasarkankan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan
atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup
dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi
keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian
pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang
tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan
potensi air (Linsley, 1989).
Tinggi
rendahnya kelembaban sangat bervariasi di suatu tempat karena sangat bergantung
pada beberapa faktor, seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantita
dan kualitas penyinaran vegetasi, dan ketersediaan air di suatu tempat (air
tanah, perairan). Tempat yang biasanya memiliki tingkat kelembaban yang tinggi
adalah hutan hujan tropis karena keadaan tempat tersebut yang didominasi oleh
pohon-pohon dengan permukaan daun yang lebar sehingga menghalangi masuknya
cahaya matahari ke tempat tersebut (Ferdinand, 2007).
Tinggi
rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor
(Umar, 2013) sebagai berikut:
a.
Suhu
b.
Tekanan udara
c.
Pergerakan
angin
d.
Kuantitas dan
kalitas
e.
Vegetasi
f.
Ketersediaan
air
Kelembaban
Nisbi biasanya diukur dengan menggunakan termometer basah atau termometer
kering, baik secara manual maupun dengan alat sling Psychrometerdan Hygrograf.
Apabila pembacaan pada kedua termometerbasah dan kering sama, maka kelembaban
nisbi adalah 100 %. Tetapi apabila pembacaan termometer basah di bawah
termometer kering, maka kelmbapan nisbi kurang dari 100 %. Nilai sebenarnya dapat
dilihat pada tabel, tetapi kalau menggunakan Sling Psychrometer dan Hygrometer
dapat langsung dibaca pada skala ukurannya (Umar, 2013).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat yang kami gunakan
pada percobaan ini adalah sling
Psychrometer dan termometer.
III.2. Bahan
Adapun bahan yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu kapas dan botol air.
III.3. Cara
Kerja
Cara kerja adalah sebagai
berikut:
1. Mengambil satu alat Sling Psychrometer, kemudian menarik keluar termometer
kering dan basah dari kotak skala pada alat tersebut.
2. Memperhatikan salah satu ujung termometer, terdapat sumbu yang
menghubungkan antara kotak/tempat pembasahan dengan ujung termometer basah.
Jika sumbu tidak tersambung dengan salah satu ujung termometer, sambungkanlah
sumbu pada ujung termometer basah.
3. Membasahi sumbu tersebut dengan air secukupnya , kemudian tutup kotaknya.
4. Mengayunkan termometer basah dan kering dengan cara memutar-mutarnya di
udara seperti baling-baling.
5. Melakukan pembacaan setiap 3 menit pengayunan pada termometer basah dan
kering, mencatat pada lembar kerja.
6. Membuat tabel hasil pembacaan pada setiap lokasi pengamatan yang berbeda.Menyediakan termometer (skala
1-100).
7. Membasahi kapas yang sudah diikat secukupnya dengan mencelupkan ke dalam
botol air atau dengan menyemprotkan hand sprayer.
8. Menggantung termometer sambil mengkipas-kipas selama kurang dari 5 menit.
9. Melakukan pengamatan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel
hasil pengamatan
Tempat
|
Sling
Physometer
|
||
Basah
(0C)
|
Kering
(0C)
|
RH
%
|
|
Dalam
ruangan (LBD)
|
28
|
30,3
|
71
|
29
|
31
|
87
|
|
28,5
|
32
|
73
|
|
Rata-rata
|
28,5
|
31,3
|
77
|
Di
bawah pohon (Canopy)
|
33
|
33
|
94
|
32
|
32
|
92
|
|
Rata-rata
|
32,5
|
32,5
|
92,3
|
Pelataran
MIPA
|
14
|
30
|
29
|
18
|
32
|
19
|
|
15
|
26
|
15
|
|
Rata-rata
|
15,67
|
29,33
|
21
|
IV.2 Pembahasan
Kelembaban merupakan
jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air
dalam udara yang dinyatakan sebagai berat per satuan udara (misalnya gram per
kilogram udara). Jumlah upa air yang terdapat di udara (pada kejenuhan tertentu)
dipengaruhi oleh temperature dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah
persentase uap air sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan di bawah
temperature dan tekanan tertentu. Kelembaban merupakan salah satu faktor
ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman
harian, keragaman vertical dan horizontal.
Pada
percobaan kelembaban udara dilakukan pada tiga tempat berbeda yaitu dalam
ruangan (Laboratorium Biologi Dasar), di lapangan terbuka (pelataran MIPA), dan
di bawah pohon (Canopy). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer dan
sling psychrometer,namun karena keterbatasan alat (thermometer rusak) sehingga
yang digunakan pada percobaan ini hanyalah sling psychrometer. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh
hasil yang berbeda-beda pada setiap tempat, yaitu sebagai berikut :
1. Dalam Ruang
Laboratorium
Kelembaban relatif udara yang
diperoleh pada percobaan di dalam laboratorium sangat tinggi yaitu 77% pada pada
sling psychrometer. Hal ini dimungkinkan karena dalam ruangan tersebut tertutup
sehingga terjadi sedikit penguapan, tidak ada pergerakan angin dan dalam
ruangan juga terdapat kipas angin, kondisi dalam ruangan relatif tetap sehingga
dalam udara terkandung banyak uap air.
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga
kali berulang-ulang dengan waktu jeda setiap pengukuran adalah 2 menit, ini
dilakukan agar sling psychrometer kembali menormalkan suhunya setelauh itu
pengukuran pun dilanjutkan.
2. Di Bawah
Pohon (Canopy)
Kelembaban relatif udara yang
diperoleh pada percobaan di bawah pohon pada pembacaan termometer 88% dan sling
psychrometer 82%. Kelembaban pada daerah ini cukup tinggi dikarenakan banyaknya
vegetasi pada areal tersebut, kondisi tanah yang becek dan mengandung banyak
air, serta penyinaran matahari yang terhalangi oleh pohon.
3. Di Lapangan
Terbuka (pelataran MIPA)
Kelembaban relatif udara yang
diperoleh pada percobaan di lapangan terbuka dengan sling psychrometer 21%.
Nilai yang diperoleh sling psychrometer relatif rendah. Ini disebabkan karena
faktor penyinaran matahari saat pengukuran bersinar terang sehingga
kelembapannnya rendah.
Berdasarkan analisis data yang kami
dapatkan, kelembapan pada setiap tempat itu berbeda tergantung pada penyinaran
matahari dan suhu di tempat tersebut. Terlihat bahwa kondisi udara pada
beberapa titik saat itu lembab atau cukup lembab. Ini terbukti karena nilai
kelembaban udara yang didapatkan pada saat itu normal karena terlihat beberapa
variasi kalambapan pada ketiga tempat berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarnya tulung!! tentang postingan saya