Senin, 20 Mei 2013

kelembaban relatif udara pada tempat berbeda


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
                                                    
PERCOBAAN II
 KELEBABAN RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA

   NAMA                        : SELVIANI
   NIM                            : H41112334
   HARI/TANGGAL     :SELASA/2 APRIL 2013
   KELOMPOK             :II (DUA) B
   ASISTEN                   : MASRAYANI SULAEMAN
                                         ILHAM



LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
            2013

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Pada umumnya organisme akan kehilangan lebih banyak air dalam atmosfir dengan kelembaban rendah dari pada dalam atmosfir dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu salah satu faktor abiotik yang sangat penting pada organisme darat adalah kelembaban nisbi (Awaliyah, 2010).
   Kelembaban adalah salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelebabn mutlak adalah sejumlah uap air di dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air per satuan udara. Jumlah uap air yang tersimpan di udara dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembaban Nisbi adalah presentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan di bawah temperatur dan tekanan tertentu. Kelembabab merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertikal dan horizontal (Umar, 2013).
Dalam kehidupan sehari-hari, baik secara langsung maupun tidak langsung kita selalu membutuhkan udara baik untuk bernafas ataupun untuk aktivitas lainnya. Udara adalah salah satu zat ang berbentuk gas. Gas adalah materi yang encer sifat ini disebabkan interaksi yang  lemah diantara partikel-pertikel penyusun sehingga perilaku relatifnya sederhana. Sebuah gas memiliki volume dan tekanan, kedua komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Jika volume berubah maka tekanan juga akan ikut berubah (Linsley, 1989).
            Suhu (temperatur) adalah ukuran dari suatu benda yang cenderung melepaskan panas. Energi radiasi dalam atmosfir diabsorbsi oleh molekul gas, partikel padat dan zat cair, sehingga temperatur suhu benda menjadi naik. Bila terjadi perbedaan suhu dalam lingkungan maka energi akan mengalir sebagai panas dari daerah yang panas ke yang lebih dingin (Umar, 2013).
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat/lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.      Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.
I.3. Waktu dan Tempat
          Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 april 2013 pukul 14.3017.30 WITA bertempat di Laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara.Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier).Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara.Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (Handoko, 1994).
Udara dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air yang diakandungnya tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara matematis, kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat uap air di dalam suatu volume udara dibandingkan dengan berat udara kering (udara tanpa uap air) di dalam volume yang sama (Odum, 1994).
Kelembaban relatif adalah rasio yang digambarkan sebagai persentase antara tekanan uap air aktual e terhadap tekanan uap jenuh es, pada suhu udara T  tertentu (Brock dan Scott, 2001) Sedangkan suhu udara adalah jumlah panas yang terkandung di udara (Linsley, 1989).
Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan.Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan Evaporasi (Karim,1985).
Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F) (Suwardjo, 2008).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara.Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko,1994).
Faktor suhu / temperatur dan kelembaban seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Jadi, suhu atau temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim yakni, apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada apabila keadaan demikian itu adalah sedang saja (Odum, 1994).
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier) (Suwardjo, 2008).
Pada ekosistem, faktor-faktor tidak bekerja sendiri-sendiri akan tetapi bekerja bersama-sama. Temperatur dan kelembaban sangat berpengaruh pada lingkungan darat. Efek pembatas dari temperature bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan ekstrim, yaitu tinggi maupun rendah interaksi antara temperature dan kelembaban seperti interaksi pada faktor lain yaitu tergantung kepada nilai nisbi dan nilai mutlak dari setiap faktor (Soegiarto, 1990).
Di alam organisme tidak hanya beradaptasi terhadap lingkungan fisik dalam arti tolenrasi saja, akan tetapi juga memamfaatkan periodesitas alami untuk mengatur kegiatan dan memprogram kehidupannya. Misalnya di daratan iklim sedang, kegiatan organisme disesuaikan dengan panjang hari (Soegiarto, 1990).
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Linsley, 1989).
Tinggi rendahnya kelembaban sangat bervariasi di suatu tempat karena sangat bergantung pada beberapa faktor, seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantita dan kualitas penyinaran vegetasi, dan ketersediaan air di suatu tempat (air tanah, perairan). Tempat yang biasanya memiliki tingkat kelembaban yang tinggi adalah hutan hujan tropis karena keadaan tempat tersebut yang didominasi oleh pohon-pohon dengan permukaan daun yang lebar sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari ke tempat tersebut (Ferdinand, 2007).
Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor (Umar, 2013) sebagai berikut:
a.       Suhu
b.      Tekanan udara
c.       Pergerakan angin
d.      Kuantitas dan kalitas
e.       Vegetasi
f.        Ketersediaan air
Kelembaban Nisbi biasanya diukur dengan menggunakan termometer basah atau termometer kering, baik secara manual maupun dengan alat sling Psychrometerdan Hygrograf. Apabila pembacaan pada kedua termometerbasah dan kering sama, maka kelembaban nisbi adalah 100 %. Tetapi apabila pembacaan termometer basah di bawah termometer kering, maka kelmbapan nisbi kurang dari 100 %. Nilai sebenarnya dapat dilihat pada tabel, tetapi kalau menggunakan Sling Psychrometer dan Hygrometer dapat langsung dibaca pada skala ukurannya (Umar, 2013).


BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
            Alat yang kami gunakan pada  percobaan ini adalah sling Psychrometer dan termometer.
III.2. Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kapas dan botol air.
III.3. Cara Kerja
            Cara kerja adalah sebagai berikut:
1.      Mengambil satu alat Sling Psychrometer, kemudian menarik keluar termometer kering dan basah dari kotak skala pada alat tersebut.
2.      Memperhatikan salah satu ujung termometer, terdapat sumbu yang menghubungkan antara kotak/tempat pembasahan dengan ujung termometer basah. Jika sumbu tidak tersambung dengan salah satu ujung termometer, sambungkanlah sumbu pada ujung termometer basah.
3.      Membasahi sumbu tersebut dengan air secukupnya , kemudian tutup kotaknya.
4.      Mengayunkan termometer basah dan kering dengan cara memutar-mutarnya di udara seperti baling-baling.
5.      Melakukan pembacaan setiap 3 menit pengayunan pada termometer basah dan kering, mencatat pada lembar kerja.
6.      Membuat tabel hasil pembacaan pada setiap lokasi pengamatan  yang berbeda.Menyediakan termometer (skala 1-100).
7.      Membasahi kapas yang sudah diikat secukupnya dengan mencelupkan ke dalam botol air atau dengan menyemprotkan hand sprayer.
8.      Menggantung termometer sambil mengkipas-kipas selama kurang dari 5 menit.
9.      Melakukan pengamatan.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan
Tempat
Sling Physometer
Basah (0C)
Kering (0C)
RH %
Dalam ruangan (LBD)
28
30,3
71
29
31
87
28,5
32
73
Rata-rata
28,5
31,3
77
Di bawah pohon (Canopy)
33
33
94
32
32
92
Rata-rata
32,5
32,5
92,3
Pelataran MIPA
14
30
29
18
32
19
15
26
15
Rata-rata
15,67
29,33
21



IV.2 Pembahasan
Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat per satuan udara (misalnya gram per kilogram udara). Jumlah upa air yang terdapat di udara (pada kejenuhan tertentu) dipengaruhi oleh temperature dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah persentase uap air sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan di bawah temperature dan tekanan tertentu. Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal.
            Pada percobaan kelembaban udara dilakukan pada tiga tempat berbeda yaitu dalam ruangan (Laboratorium Biologi Dasar), di lapangan terbuka (pelataran MIPA), dan di bawah pohon (Canopy). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer dan sling psychrometer,namun karena keterbatasan alat (thermometer rusak) sehingga yang digunakan pada percobaan ini hanyalah sling psychrometer.       Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil yang berbeda-beda pada setiap tempat, yaitu sebagai berikut :
1.        Dalam Ruang Laboratorium
Kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di dalam laboratorium sangat tinggi yaitu 77% pada pada sling psychrometer. Hal ini dimungkinkan karena dalam ruangan tersebut tertutup sehingga terjadi sedikit penguapan, tidak ada pergerakan angin dan dalam ruangan juga terdapat kipas angin, kondisi dalam ruangan relatif tetap sehingga dalam udara terkandung banyak uap air.
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali berulang-ulang dengan waktu jeda setiap pengukuran adalah 2 menit, ini dilakukan agar sling psychrometer kembali menormalkan suhunya setelauh itu pengukuran pun dilanjutkan.
2.        Di Bawah Pohon (Canopy)
Kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di bawah pohon pada pembacaan termometer 88% dan sling psychrometer 82%. Kelembaban pada daerah ini cukup tinggi dikarenakan banyaknya vegetasi pada areal tersebut, kondisi tanah yang becek dan mengandung banyak air, serta penyinaran matahari yang terhalangi oleh pohon.
3.        Di Lapangan Terbuka (pelataran MIPA)
Kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di lapangan terbuka dengan sling psychrometer 21%. Nilai yang diperoleh sling psychrometer relatif rendah. Ini disebabkan karena faktor penyinaran matahari saat pengukuran bersinar terang sehingga kelembapannnya rendah.
Berdasarkan analisis data yang kami dapatkan, kelembapan pada setiap tempat itu berbeda tergantung pada penyinaran matahari dan suhu di tempat tersebut. Terlihat bahwa kondisi udara pada beberapa titik saat itu lembab atau cukup lembab. Ini terbukti karena nilai kelembaban udara yang didapatkan pada saat itu normal karena terlihat beberapa variasi kalambapan pada ketiga tempat berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentarnya tulung!! tentang postingan saya